Yang Berbahagia : Dika dan jatmika

Yang Berbahagia : Dika dan jatmika

“Ma’afkan aku ya! Harusnya aku menemani di akad nikahmu malam ini. Tapi ma’af aku tak bisa hadir disana karena suatu hal. Ma’afkan aku ya… Selamat berbahagia…” (Jember, 19 Februari 2011 – 05.22 WIB)

“Huhuhuhu, yah gak jadi ya? Sedih mendengar kamu gak bisa datang. Tapi gpp, pasti ada kesempatan lain untuk kita ketemu. Gpp koq…” (Trenggalek, 19 Februari 2011 – 05.30 WIB)

“Kamu harus tetap menikah lho,hehehe. Ku do’akan dari Jember, semoga lancar ya. Hmm, aku ingin menelfonmu pas waktu akad nikah nanti. Ingin sekali mendengarkan prosesinya. Setidaknya aku bisa menemanimu meskipun dari jauh. Gmn?…” (Jember, 19 Februari 2011 – 05.34 WIB)

“Wkwkwkw, oke aku usahakan hp kupegang terus ya…” (Trenggalek, 19 Februari 2011 – 05.38 WIB)

Kita tidak mungkin melewati dua sungai sekaligus dalam situasi dan kondisi yang sama. Ingat nggak sama kata-kata ini? Ini kan kata-katamu.. Oh ya, bolehkah aku meminta sebuah kalimat darimu pagi ini? Apa saja, yang menginspirasi. Aku ingin menyimpannya…” (Jember, 19 Februari 2011 – 06.50 WIB)

“Hey, itu bukan dari aku. Itu dari seseorang. Aku cuma ikut mendengarkan saja dan juga mengamininya.Hehehe.. Oke deh, simpan ini ya : Sendiri atau berpasangan, memang merupakan sebuah pilihan. Namun, ketika kau merasakan indahnya tertawa serta harunya menangis berdua, disitu kau akan tau bahwa kau membutuhkan pasangan..” (Trenggalek, 19 Februari 2011 – 07.05 WIB)

“Wuih,,percaya sama kalimatnya. Lha wong yang buat orang yang mau nikah. Hehehe.. Oke deh lanjutkan aktifitasmu. Sekali lagi ma’afkan aku ya.. Nanti malam pasti kutelfon.. Aku janji…” (Jember, 19 Februari 2011 – 07.10 WIB)

*****

Tulisan di atas adalah sebuah dialog pendek dengan sahabat saya lewat SMS. Itu adalah dialog pada pagi sebelum dia melangsungkan akad nikah (Trenggalek, 19 Februari 2011 – 19.30 WIB). Sebelumnya, saya memang sudah merencanakan akan datang. Sahabat saya, Dika Purwarini meminta saya untuk datang sewaktu akad nikahnya. Dan saya sangat berharap bisa menemani sa’at akad nikahnya, duduk di belakangnya,menyakinkannya bahwa ini adalah proses hidup yang harus dijalani, hmmm..aku terharu menuliskannya. Kita sebagai manusia hanya bisa merencanakan, Tuhanlah yang menentukan. Karena suatu hal, saya tidak jadi berangkat (ma’af banget ya Dika).

Tepat pukul 19.17 WIB, dia mengirimi pesan singkat : “kamu sudah bisa telp sekarang, akadnya sudah mau mulai“. Langsung saya menekan nomor telfonnya. Di ujung telfon disambut dengan suara seorang perempuan yang renyah dengan latar belakang ramai orang, sudah mau mulai nih, agak lama gpp ya..?Habis ini hp-nya kusuruh pegang adikku. Dengan sukacita langsung kujawab, oke.. lama gpp koq..

Awalnya suaranya ramai, kemudian hening, dan kresek-kresek. Mungkin karena jaringannya yg lagi cenat-cenut. tapi aku tetap menunggu di ujung telfon… Kemanapun hp kubawa, mulai dari ke dapur buat kopi, ke kamar mandi buat ganti baju. Aku takut ketinggalan momen berharga itu. Hanya suara kresek-kresek, dan kadang suara ramai yang kudengar. Tiba-tiba terdengar suara ramai orang mengucap Amin..Amin..Amin.. Loh, kapan ijabnya ya? Koq tiba-tiba udah Amin..Amin…

Masih dengan latar belakang ramai orang, Dika menyahut di ujung telfon, Sudah selesai prosesinya, maaf ya lama. Kamu denger gak tadi? Aku menyahuti, Aku cuma denger kresek-kresek aja, jaringannya lagi eror paling. Aku dengernya pas waktu Amin..Amin..saja. Tapi gpp koq, aku sudah cukup seneng.. Percakapan selanjutnya dioper ke sahabat saya Atta’ dan Zebrina, yang baru dateng juga. Mereka dateng pas waktu prosesi akad nikahnya sudah selesai. Alasannya sih karena bus yang mereka naiki jalannya seperti keong racun, hahaha.

Setelah ngobrol panjang lebar nan singkat itu, kututup telfon. Kuperhatikan layar hp-ku, disana tertulis :Panggilan diakhiri : 00:52:45. Ya, 52 menit 45 detik… Waktu yang teramat singkat bagiku, namun aku senang melewatinya.

Sahabat saya ini adalah seorang yang unik, hehehe.. Hidupnya unik… Segala sesuatu yang ada pada dirinya selalu unik di mata saya. Setelah lulus kuliah, dia bekera di salah satu bank yang bertempat di kota metropolitan (baca : Jakarta). Biasanya, gaya bicara seseorang akan cepat berubah seiring dengan berjalannya waktu, apalagi di Jakarta. Tapi ketika kita telfon-telfonan gaya bahasanya tetep. Masih dengan medok jawa Nggaleknya. Dan itu yang buat saya kangen..hehehe..

Dika punya belasan (kira-kira jumlahnya segitu, soalnya banyak) buku harian yang ia simpan rapi. Dan ia pernah memimpikan untuk menerbitkan salah satu kisah hidupnya itu. Ah,,bicara tentang Dika gak akan pernah habis. Mulai dari kekonyolan-kekonyolannya sampai sa’at kita meloncat dari satu bintang ke bintang yang lainnya.

Sekarang dia sudah melabuhkan hatinya pada Jatmika Suharman, lelaki yang ternyata adalah temannya sewaktu SMP. Selamat berbahagia ya untuk kalian berdua. Semoga selamanya indah. Oh ya, aku harap kalian membeli dua tempat sampah ya, satu untuk sampah organik dan satunya untuk yg anorganik. Trus kalau memang membeli makanan, usahakan bawa tempat bekal sendiri dari rumah ya, biar gak nambah sampah di bumi. Kelola sampah plastik dengan baik, manfaatkan sebelum kalian memutuskan untuk benar-benar membuangnya,hehehe. Hiasi rumah tangga kalian dengan budaya hidup ‘hijau’ yang lestari. Sukses selalu buat kalian…

Aku memang tak bisa hadir di hari istimewamu, tapi aku yakin Tuhan telah merencanakan sesuatu yang indah untuk kita. Semua waktu memang indah jika kita melewatinya dengan tulus. Dan aku yakin, akan ada pertemuan di waktu yang indah pula untuk kita. Dan itu adalah rencana-Nya yang tlah disiapkan untuk kita…