Beranda

Giveaway 66 : Dangdut Cerdas on The Blog – Orkes Sakit Hati

10 Komentar

‘Orkes Sakit Hati’ merupakan lagu yang populer dinyanyikan band SLANK. Dirilis pada tahun 1999 dengan judul album 999+09.

Saya bersama kawan-kawan dari Sudut Kalisat membawakannya kembali untuk berpartisipasi dalam Giveaway Dangdut On the Blog, yang diselenggarakan Pakdhe Abdul Cholik.

Semoga persembahan sederhana ini bisa turut menyemarakan hari Pakdhe sekeluarga. Selamat hari lahir  ke 66, sehat dan selalu bahagia.

Salam hormat untuk Om NH selaku dewan juri.

Mohon maaf apabila ada yang kurang berkenan dalam video ini.

Salam sayang dari kami di Kalisat, sebuah desa kecil di wilayah Jember bagian utara.

***

Baner-Giveaway-66-Dangdut-Cerdas-On-the-Blog

 “Artikel ini diikutsertakan pada Giveaway 66 Dangdut Cerdas on The Blog”

Membingkai Musik Dalam Kehidupan Kami

20 Komentar

Musik adalah sesuatu yang begitu lekat dalam kehidupan saya secara pribadi. Tak dapat dipungkiri, ada beberapa ikatan emosional yang tercipta ketika saya mendengarkan beberapa lagu tertentu. Ya, musik adalah tentang kenangan, kekuatan, kebenaran dan keindahan. Ada banyak perubahan yang terjadi dalam kehidupan pribadi saya hanya karena mendengarkan sebuah lagu. Boleh percaya atau tidak, lagu memiliki sisi filosofis tersendiri dalam menentukan karakter seseorang. Karena apa yang kita dengar secara terus menerus akan dapat berpengaruh pada pola pikir kita, pada keseharian kita, pada karakter dan jiwa kita dalam memahami hidup. Sedalam itukah? Ya, bagi saya musik memang sedalam itu. Karena setiap hari, entah di jalan atau dimana kita berada selalu saja ada kesempatan untuk mendengarkan musik. Entah sengaja terdengar atau tidak, yang pasti musik sudah seperti udara. Mengalun perlahan, bahkan terkadang tanpa kita sadari kehadirannya.

Meskipun kehadirannya saat ini sudah semakin merasuki kehidupan kita, setidaknya keputusan akhir ada di tangan kita sendiri. Maksudnya, kita punya kendali tersendiri untuk memutuskan musik atau lagu mana yang hendak kita dengarkan. Setiap orang memang memiliki sisi khusus untuk mempertimbangkan apa yang mereka pilih. Ya, kitalah yang berhak memutuskan musik mana yang hendak kita dengarkan. Bukan pasar.

Musik dan lagu, keduanya adalah hal yang tak bisa dipisahkan dalam hidup saya. Karena saya lebih suka mendengarkannya dalam bentuk penuh. Musik dengan lirik-liriknya yang mampu memberikan gambaran lebih luas tentang kehidupan. Baik dari sisi humaniora, lingkungan, dan mampu merepresentasikan secara jujur keadaan di sekitar kita. Ah, rasanya takakan ada habisnya bila kita membicarakan tentang musik. Selalu saja ada kekuatan tersendiri untuk menuliskannya dari sudut manapun itu.

Perkenalan saya terhadap musik dan lagu berawal dari kebiasaan Bob (bapak saya) yang selalu memutarkan lagu-lagu Iwan Fals semasa saya kecil. Sampai usia TK saya bahkan lebih hapal lagu Bang Iwan daripada lagu anak-anak yang sering diajarkan oleh Ibu Guru TK. Setelah menginjak dewasa barulah saya tahu, bahwa Bob sedang mengajarkan saya tentang sebuah kebenaran dan kejujuran lewat musik dan lagu. Meski dengan seiring berjalannya waktu, sedikit sekali musik yang bisa merepresentasikan keadaan di sekitar kita dengan jujur. Ya, musik yang berbicara tentang kebenaran dan mampu membawa pendengarnya ke arah yang lebih baik itu sekarang sudah sangat jarang sekali. Jarang bukan berarti tidak ada lho ya. Masih ada kok yang berisi kebenaran meskipun presentasinya sudah sangat sedikit sekali.

Setelah Bob, lelaki kedua kedua yang dipertemukan oleh-Nya kepada saya adalah suami. Ya, seorang lelaki gondrong manis yang suka nggenjreng gitar dan membuat lagu. Alhamdulillah, kehidupan di sekitar saya selalu dikelilingi oleh orang-orang yang suka musik. Suami saya suka menciptakan lagu tentang keadaan lingkungan yang terjadi di sekitar tempat kami. Jujur, saya seperti menemukan lagi musik-musik yang benar-benar sesuai dengan apa yang saya dengar sewaktu kecil. Musik memang memiliki pengaruh yang begitu kuat dalam kehidupan rumah tangga kami. Sewaktu akad nikah dua tahun yang lalu, suami menciptakan lagu khusus sebagai mas kawin dibarengkan dengan seperangkat alat sholat. Ketika jadi Ibu kelak, saya ingin membesarkan anak-anak kami nanti dengan alunan musik dan lagu-lagu yang jujur. Insya Allah…

Untuk itu, dalam proyek monumental 2014 ini saya ingin membuat buku tentang musik-musik dalam kehidupan kami. Jadi, dalam buku itu nanti saya ingin mengajak Bob dan suami saya untuk berkolaborasi membingkai musik dan lagu dalam kehidupan kami. Musik dan lagu yang menyimpan banyak kenangan sampai saat ini. Musik yang mampu memberikan kekuatan pada kami untuk tetap bertahan. Musik-musik yang menemani kami belajar tentang kebenaran. Musik-musik yang mengajari kami tentang kejujuran. Ya, saya ingin membingkainya dalam sebentuk buku. Semoga Tuhan membuka jalan takdir-Nya, menemukan impian ini pada jalan-Nya. Amin…

 

Artikel  ini diikutsertakan pada Kontes Unggulan:Proyek Monumental Tahun 2014

 

Belalang Cerewet : Harus Ada yang Bawel

7 Komentar

Terus terang begitu mendengar nama Belalang Cerewet saya langsung mengernyitkan kening. Secerewet apakah dia? Setelah melihat dan mengamati, ternyata pemilik blognya adalah seorang bapak dua anak. Entah mengapa, selama ini bila mendengar kata cerewet ataupun bawel selalu identik dengan seorang perempuan. Rasanya aneh bila ada seorang laki-laki yang cerewet. Tapi jangan salah, karena di balik kecerewetannya itu akan sangat bermanfaat bagi kita.

Menurut penuturan pemilik blog http://tenteraverbisa.wordpress.com, awal mula ngeblog sebenarnya berawal dari sebuah blog di platform multiply.com dengan nama Walank. Dalam bahasa Jawa, walank berarti belalang. Kenapa harus bahasa Jawa? Karena Mas Walank (begitu kami biasa memanggilnya) tinggal kota Lamongan. Tepat bersebelahan dengan kota kelahiran saya (Tuban). Tak lama kemudian, beliau pun membuat blog baru dengan platform wordpress yang diberi nama Belalang Cerewet. Belalang dalam tradisi Cina memiliki filosofi yang bagus. Menyiratkan kesegaran, semangat muda dan vitalitas. Hal tersebut dibuktikan dengan tampilan blog yang fresh dan segar. Latar belakang blog berwarna putih dipadukan dengan font postingan yang berwarna agak hitam menjadi selaras dan tidak mencolok mata dibandingkan dengan warna hitam yang terang. Selain itu, Mas Walank juga manampilkan warna lain untuk membunuh kekakuan karakter warna atas hitam dan putih. Font pada judul tulisan dan menu diberi sentuhan warna orange lembut, menambah kesegaran pada blog yang bertagline Harus Ada yang Bawel ini. Ditambah lagi dengan sentuhan warna hijau lembut apabila kursor kita arahkan ke judul tulisan. Seger dan fresh.

walangTampilan Blog yang Sederhana Lainnya

Monolog : Kau Mati Dalam Lakonmu

16 Komentar

Aku mendengar suara orang-orang menjerit. Suasana menyayat hati dan penuh kehilangan. Melihat sesuatu yang sangat dramatis, seorang yang tewas dalam lakon yang dimainkannya sendiri…

Apa motif di balik semua ini? Siapa sebenarnya Mudhoiso? Kenapa hidupnya harus berakhir seperti ini? Mati dalam lakon yang diperankannya? Mengapa aku diminta hadir dalam acara ini? Entahlah…

Runtutan pertanyaan terus membayangi otakku. Semua menuntut untuk ditelusuri satu demi satu. Sebuah pementasan tragis yang tak pernah terbayangkan. Tak mungkin bila mengkaitkan kasus ini atas nama penghayatan peran. Terlalu dangkal dan tak masuk akal, presentasinya akan sangat kecil sekali. Rela mati demi lakon yang dimainkannya. Tapi, bukankah dari presentasi yang kecil itu bisa juga memungkinkan terjadi suatu hal yang besar?

Tak ada yang tau pasti bagaimana kedekatan antara aku dan Mudhoiso. Ya, ada sesuatu diantara kami. Sebagai seorang perempuan yang berusia hampir 40 tahun dan belum menikah, adalah stereotipe yang sangat buruk di mata para pria. Perawan tua yang gila kerja, begitulah umumnya kaum adam memandangku. Tapi tidak dengan Mudhoiso. Lelaki tegap dan tampan itu selalu menghormatiku dengan segala kekuranganku. Banyak orang yang mengatakan bahwa dia hanya memanfaatkanku saja. Ah, tapi aku hidup bukan atas pernyataan orang lain. Cukup hatiku dan Tuhan yang paling tahu, setulus apakah sosok Mudhoiso menambatkan cinta dan hidupnya untukku.

Pagi itu, Mudhoiso sempat mengabariku tentang pertunjukan Wayang Orang BlogCamp Budhoyo yang akan digelar malam harinya. Tentu saja hatiku membuncah bahagia. Karena baru kali ini dia mengijinkanku menonton pementasan. Dari pembicaraannya, aku tahu pasti ada sesuatu yang ingin disampaikan padaku. Entahlah, aku merasa akan berpisah dengannya. Bahagia menutupi segala firasatku. Padahal, sebagai seorang inspektur hal itu sangat penting untuk dipelihara. Aku menanti malam dengan cemas dan bahagia. Entahlah, mungkin ini adalah perasaan seorang perawan tua yang hendak bertemu dengan sang pujaan hatinya.

Aku terpesona dengan lakon yang dimainkannya malam itu. Mudhoiso adalah sosok yang benar-benar hebat. Pentas itu begitu hidup. Waktu terus berjalan, hingga akhirnya sesuatu yang memilukan itu terjadi. Ya, sang Cakil mati dalam lakon yang dimainkannya. Miris dan pilu melihatnya mati di depanku. Tepat sebelum layar itu tertutup, dia sempat memandang ke arahku. Ya, menatap ke arahku. Dalam tatapan matanya, ada sesuatu yang ingin disampaikan. Tugasku adalah untuk mengungkap pesan itu. Pesan sebelum kematian Mudhoiso, lelakiku.

*** Lainnya

Older Entries