Beranda

Belajar Menahan Diri

3 Komentar

Bulan Maret. Yang selalu diingat dan dikenang dengan banyaknya peristiwa. Beberapa peristiwa pergolakan dan perjuangan untuk mempertahankan tanah memuncak di bulan ini. Masyarakat di seputaran Tumpang Pitu melakukan aksi untuk mempertahankan tanahnya dari perusahaan tambang emas di sana. Puluhan ibu-ibu masuk dalam lubang galian untuk menolak pemasangan infrastruktur listrik pertambangan. Sementara itu, di belahan bumi yang lain, Ibu-Ibu sedang mempertahankan tanahnya dari jarahan pabrik semen yang hemdak menghabisi pegunungan Kendeng dengan aksi Dipasung Semen jilid dua yang dilaksanakan pada bulan Maret ini. Puncaknya, Ibu Patmi –salah satu Pejuang Kendeng yang kakinya dicor semen– menghembuskan nafas terakhir.

Kabar duka datang silih berganti mewarnai bulan Maret. Begitu juga kabar bahagia. Semua datang saling berdampingan. Pernikahan, kehilangan, kedatangan dan kepergian. Orang-orang terlalu sibuk menampakkan kebahagiaannya seolah lupa pada kesedihan-kesedihan di sekitarnya. Orang-orang, terkadang juga terlalu larut dalam kesedihan hingga lupa caranya menikmati kebahagiaan di sekitarnya. Alur yang diciptakan Tuhan terkadang terlalu susah dimengerti. Bahkan hanya untuk sekadar menahan diri dan menjaga perasaaan.

Sebuah cerita kontras yang seringkali terjadi. Mengabarkan pernikahan sementara teman kita sedang terpuruk karena perpisahan. Menggebu menceritakan kehamilan istri kita, sementara yang mendengarnya sedang dalam masa pemulihan setelah keguguran. Menceritakan keadilan, sementara ada penindasan di tempat lain. Semua diciptakan berdampingan dengan sisi kontras yang sangat tajam. Sebuah pengingat.

Ada yang sedang berbahagia dengan pernikahan, di sisi lain ada yang merana karena perpisahan. Ada yang berbahagia dengan datangnya kehamilan, di sisi lain ada kesedihan karena keguguran. Ada kelahiran, ada kematian. Ada tawa, ada tangis. Ada perjuangan, ada pula pengkhianatan. Ada keadilan, banyak pula penindasan. Hitam dan putih.

Mungkin yang sedang dibutuhkan adalah belajar menahan diri dan menjaga perasaan. Menahan diri agar tak membuat mereka yang bersedih terluka karena kebahagiaan kita. Menjaga perasaan agar kesedihan kita tak membuat terpuruk hati mereka yang sedang berbahagia. Bagaimana bisa melakukan hal yang sesulit itu?

Tentu tidak semudah menuliskannya seperti ini. Kita hanya perlu sama-sama belajar dan berusaha untuk itu. Belajar menahan diri dan menjaga perasaan.

Tuhan, ini sangatlah rumit. Serumit apapun, aku akan berusaha untuk belajar menahan diri dan menjaga perasaan atas kesedihan dan kebahagiaan yang datang di kehidupanku. Mengelolanya dengan seimbang.

Mari atur semuanya dengan seimbang. Bahagia dan sedih seperlunya, agar kita tak lupa cara untuk terus berjuang.

***

Tulisan ini adalah renungan atas serangkaian peristiwa dalam kehidupan saya. Terhitung sejak 12 Maret 2017 lalu. Sekaligus sebagai pengingat dan renungan untuk hari lahir suami tercinta di 23 maret ini. Selamat hari lahir suamiku. Bapak anak-anakku. Sehat selalu untukmu. Bahagia selalu untukmu. Mari lanjutkan perjalanan ini dengan indah. Sekali lagi. Mari atur semuanya dengan seimbang. Bahagia dan sedih seperlunya, agar kita tak lupa cara untuk terus berjuang. I love you.

Ikhlas..Ikhlas..dan..Ikhlas…

32 Komentar

Satu kata yang mampu membuat semuanya berjalan indah dan damai. Ikhlas. Ya, entah mengapa kata itu memiliki efek yang begitu luar biasa. Bahkan keajaibannya mampu mengalahkan kata maaf. Kata ma’af akan berbalik menjadi sesuatu yang mengerikan jika tak diucapkan dengan ikhlas. Apa yang membuat kata ini begitu penting? Karena dalam segala hal, ikhlaslah yang mendasari semuanya berjalan lancar.

Pernahkah terbayang jika tak ada ikhlas dalam kehidupan kita? Semuanya akan berjalan tanpa arah dan kepastian. Semuanya akan berlalu begitu saja tanpa kita dapat mengambil hikmahnya. Kehidupan tanpa keikhlasan seperti tak bernyawa. Bagaimana kita hidup jika tak pernah ikhlas untuk hidup. Hidup adalah pilihan yang harus didasari dengan keikhlasan dan ketulusan. Karena itu adalah penyeimbang kebahagiaan kita.

Ramadhan telah kita lampaui dengan kesan dan suasana yang berbeda-beda. Siapapun berhak menyimpannya dengan rapi, dan membuka bungkusnya di Ramadhan yang akan datang. Hari yang fitri datang, menguji kesiapan keikhlasan kita masing-masing. Ikhlas untuk meminta, memberi, dan menerima ma’af. Mampukah kita mempertahankannya? Mempertahankan untuk selalu bersikap ikhlas dalam keadaan apapun?

Dalam hidup, kita harus selalu ikhlas, ikhlas, dan ikhlas. Memilih untuk bahagia itu penting, namun akan lebih indah jika semua itu didasaari dengan keikhlasan. Hidup akan terlalu sempit jika hanya berkutat pada benar dan salah, mayoritas dan minoritas. Anggap semua itu sebagai perbeda’an yang indah. Bukan untuk dihujat, tp beda adalah anugerah atas kuasa-Nya yang begitu indah… Happy Ied Mubarak.. Semoga kita selalu ikhlas menerima perbeda’an. Semoga kita selalu diberikan keikhlasan untuk memberi, meminta, dan menerima ma’af. Mohon maaf atas semua ucap, laku, maupun tulisan yang tidak berkenan selama ini…

تَقَبَلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ صِيَامَنَا وَصِيَامَكُمْ وَكُلُّ عَامٍِ بِخَيْرٍ مِنَ العَائِدَيْنِوَالفَائِزِيْنَ

Ah, Akhirnya…

41 Komentar

Cling… Akhirnya saya bisa menuntaskan kerinduan. Ya, kerinduan untuk membelai blog ini dan juga menghinggapi (baca blogwalking) blog-blog sahabat maya yang lainnya. Akhir-akhir ini keaadaan saya didominasi dengan kesibukan, kesepian, kebingungan, kegelisahan, dan kemampetan ide. Semoga ini akhir dari semua kemampetan ide tersebut. Biar saya bisa terus hamil dan melahirkan (meminjam istilahnya Alm. WS Rendra) sesuatu untuk ditulis di blog ini.

Kerinduan adalah anugerah yang tak terkira dari-Nya. Rasa yang begitu sensasional. Melebihi aksi Briptu Norman,heheheh. Adakah rasa yang lebih indah dari sebuah kerinduan?

Kerinduan, tetang apa dan kepada siapapun itu adalah cerita manis yang tak bisa kita lewatkan begitu saja. Kerinduan adalah tentang sesuatu yang tak bisa sejenak kita rasakan seperti halnya sa’at kita menghela nafas. Kerinduan adalah tentang waktu yang tak terbatas. Dan kerinduan adalah sebuah roman panjang yang tak pernah berakhir.

jangan terlalu lama menunda kerinduan anda, karena berbahaya jika tak segera dituntaskan. Selamat menikmati bunga-bunga rindu dan selamat berakhir pekan….

Dongeng Hijau dan Pencuri Sampul Kaset Tuk Dija

61 Komentar

Untuk Dija,

Dija, semua tau tahun tak kan pernah berulang. Selamat hari lahir, semoga semakin bijak menggunakan waktu, menghargai kenangan, semakin bijak menyikapi kondisi lingkungan di sekitar dan semoga selamanya indah…

Tante berharap, Dija membaca surat ini tepat pada usia 17 tahun. Kenapa harus 17 tahun? Hehehe… Karena pada masa itu Dija akan merasakan hidup lebih berwarna. Lebih berbunga-bunga. Bukan masalah cinta melulu. Tapi lebih pada gerbang di mana akan mengantarkan Dija pada jenjang kehidupan yang sebenarnya. Dimana Dija bisa mulai belajar merdeka memutuskan sesuatu. Lainnya

Older Entries