
Gambar diambil dari searching di google
Ada berapa group yang Anda ikuti di whatsapp? Satu, dua, tiga, atau lebih di atas lima? Saya sendiri terdaftar (semuanya tidak dengan sengaja saya ikuti) di 15 group whatsapp. Jumlah yang tentu saja membuat puyeng, apalagi untuk kapasitas hape yang sudah mulai megap-megap. Dari lima belas group tersebut di antaranya adalah : group profesi, group komunitas, group alumni, group reuni, group kepanitiaan dan event, group organisasi selama di kampus, group kantor, dll. Dan entah kenapa dalam satu waktu semua group itu bisa saja berubah fungsi sebagai group jual beli terselubung, hihi.
Hampir di semuanya saya tidak begitu aktif. Lebih tepatnya hanya menyimak saja. Mungkin aktif beberapa saat ketika memang ada diskusi di group. Selebihnya, saya lebih mengaktifkan diri sebagai pembaca. Mungkin ada yang berpikir ikut di sebuah group tapi gak pernah nampak ‘bicara’ apa gak membuang waktu? Apa gak sebaiknya leave aja untuk kemaslahatan umat? Hihi. Ada beberapa alasan sih memang buat saya kenapa harus tetap bertahan meskipun munculnya sesekali saja. Apalagi untuk group-group wacana dan informasi, tentu akan sangat banyak manfaat yang kita dapatkan.Khusus untuk group profesi, banyak sekali saya dapat wacana dan informasi yang bermanfaat. Di sanalah saya bisa sangat nyaman ketika tiba-tiba ikut terlibat diskusi atau sekedar menyatakan pendapat terhadap isu yang dibicarakan di group. Jadi, meski sedikit ‘bicara’ namun saya enggan keluar karena bagi saya group itu sarat informasi khususnya bagi pengembangan diri di profesi yang saya tekuni saat ini. Rela meskipun harus nyekrol-nyekrol ratusan percakapan yang terlewat. Meskipun ya, kadang ada masanya diskusi-diskusi itu kosong dan isinya cuma gambar-gambar atau video yang kadang bikin ketawa tapi kadang juga menguji kesabaran. Haha.
Saya sendiri sebenarnya bukanlah seorang yang selalu bisa memantau group whatsapp setiap saat. Makanya, salut banget kalau ada orang yang setiap saat selalu aktif menjawab dan melemparkan bahan obrolan. Khususnya admin. Jempol banget deh buat mereka. Karena jujur, saya belum tentu bisa seperti mereka yang bisa terus aktif meramaikan dan menghidupkan suasana group. Saat saya membuka semua group adalah ketika menjelang tidur malam, sambil istirahat. Tapi jika sepanjang hari ada waktu luang, maka saya bisa sesekali waktu membukanya.
Beberapa group yang menguji kesabaran adalah yang sepanjang hari isinya cuma nostalgia dan sering bercanda menjurus ke ghibah. Ada sih beberapa di group wasap yang saya ikuti isinya seperti itu. Pernah leave, dimasukkan lagi. Hehe. Iya sih, terkadang kita memang butuh sesekali bernostalgia tapi life must go on kan? hihi. Kalau sudah masuk ke masa nostalgia biasanya langsung ke tahap bercanda, lanjutannya bisa ke ghibah. Yang males itu kalau ghibahnya ke orang-orang yang tidak ada di group. Biasanya saya langsung bersihkan chat. Salah seorang senior saya di pencinta alam pernah melemparkan sebuah pertanyaan sebelum dia leave dari sebuah group yang kami ikuti bersama. Dia menanyakan apakah fungsi dari group tersebut cuma bercanda, nostalgia dan sesekali ghibah sementara kerusakan lingkungan seringkali terjadi. Tidak adakah diskusi seputar permasalahan lingkungan dan sebagainya yang berhubungan dengan dunia kepencintaalaman? Tidak ada tanggapan atas pertanyaannya. Kemudian pertanyaan yang menurut saya bagus itu tertutupi oleh ratusan chat dan mungkin hanya diingat oleh segelintir orang saja.
Menurut beberapa kawan saya yang mengamini group whatsapp sebagai hiburan dan suka-suka, keseharian di kehidupan nyata yang dijalani sudah terlalu serius jadi mereka melampiaskannya di group whatsapp untuk melontarkan candaan yang kadang bikin ketawa ngakak dan seringkali bikin gemes, haha. Tapi kadang bercandanya kelewat batas sehingga menutup fungsi utama group. Info-info penting jadi terlewat dan seringkali sepi tanggapan.
Saya suka sekali jika sebelum memasukkan ke group, admin yang bersangkutan meminta izin dulu secara pribadi. Ada satu group untuk kepentingan event blog, adminnya meminta izin terlebih dahulu dan menjanjikan jika acara sudah selesai group akan dihapus. Bagi saya ini profesional banget. Karena beberapa group kepanitiaan dan event yang tidak dihapus ketika acara sudah selesai jatuhnya gak jelas. banyak bercandanya daripada bagi informasinya, hehe.
Tak dapat dipungkiri, group whatsapp memang juga sebagai penyambung silaturahmi baik kawan lama, maupun mempertemukan kita dengan kawan baru. Banyak persahabatan yang tersambung lewat group. Kita juga bisa membantu usaha teman. Banyak manfaat yang sebenarnya bisa kita proleh jika bisa memanfaatkannya dengan bijak dan tepat. Sesuai dengan batas-batas tentunya. Karena bagi saya, segala hal yang berlebihan itu tidak baik. Bercanda sewajarnya, nostalgia seperlunya. Group whatsapp ini sebenarnya seperti juga kehidupan di dunia nyata. Ketika kita hidup dengan bayak karakter orang. Ada yang pendiam namun menyimak, ada yang suka bikin huru-hara, ada yang ketus, ada yang lemah lembut dan selalu menyebarkan kata-kata mutiara, ada yang selalu berbagi informasi, ada yang suka nggosip, ada yang selalu ramai menghidupkan suasana, semuanya ada. Jadi tinggal bagaimana cara kita saja menempatkan diri. Karena membaca suasana adalah pelajaran yang tidak pernah kita terima di bangku sekolah. Terkadang, karena salah membaca suasana mengakibatkan salah persepsi yang bisa membuyarkan persahabatan, hehe.
Bagaimana dengan pendapat Anda tentang serba-serbi group whatsapp?
“Tulisan ini diikutsertakan dalam Giveaway Pertama Aida, Serba-Serbi Grup WA”