Ini adalah lebaran pertama bersama suami tercinta. Dan ini juga pertama kalinya suami ikut mudik ke rumah Tuban (kampung halaman saya). Biasanya, setiap lebaran (sebelum kami menikah) rutinitasnya adalah lewat telp atau sms-an saja. Tapi kali ini berbeda. Sangat spesial dan istimewa bagi kami. Kami sama sama berjuang menempuh jarak ratusan kilometer (Jember-Tuban) naik motor untuk pulang ke rumah dan berkumpul bersama keluarga. Kesan pertamanya adalah manis.
Perjalanan kami mulai pada tanggal 18 Agustus 2012 tepat pada pukul 13.00 WIB. Panas tak menghalangi kami untuk pulang. Karena kata ini begitu istimewa bagi kami semenjak menikah. Entahlah, seperti ada yang berdesir ketika mengucapkan kata itu. Setelah berpamitan dengan keluarga di Jember (Bapak Mertua dan Kakak ipar), kami mulai melakukan perjalanan. Wew, menyenangkan ketika melihat di sepanjang perjalanan juga banyak beberapa pasangan yang serupa dengan kami. Naik motor, dengan beberapa kardus di jok bagian belakang, dan beberapa tas besar di jok bagian depan. Mereka juga sama dengan kami, ingin pulang dan berlebaran di rumah bersama keluarga dan orang orang tercinta.
Bagi saya, naik motor merupakan satu satunya trannsportasi yang paling ramah setelah kereta. Karena selain kedua itu, saya tak pernah benar benar berhasil menikmatinya. Naik bus, travel maupun mobil pribadi selalu meninggalkan kesan buruk bagi saya. Karena saya adalah seorang pemabok, saya tak begitu berhasrat untuk menaikinya. Mungkin akan saya jelaskan secara rinci tentang itu dilain hari,hehehe.
Naik motor itu mengasyikkan. Saking asyiknya, saya hampir selalu dipastikan mengantuk di perjalanan. Dan itu sangat mengganggu. Kasihan suami saya karena harus berkonsentrasi ekstra pada kemudi, sementara saya yang duduk di belakang malah terkantuk kantuk. Mungkin karena efek semilir angin dan pantulan cahaya matahari sehingga membuat mata ini tak mau kompromi. Beruntung saya dikaruniai seorang lelaki yang sangat sabar. Setiap merasa mengantuk, dia akan membelokkan motor ke pom bensin terdekat dan beristiahat disana. Ternyata beberapa pengendara motor ketika mudik juga melakukan hal yang sama ketika mengantuk.
Lumajang – Probolinggo – Pasuruan – Sidoarjo – telah kita lewati dengan beberapa kali transit. Entah itu untuk isi bensin, mengantuk, ataupun sekedar saling memandangi usangnya wajah kami yang tersapu debu selama perjalanan. Terkadang ada rasa geli ketika melihat suami sebentar sebentar menoleh kebelakang karena ingin melihat wajah saya. Mungkin kalau cuma ngintip di kaca spion kurang puas, suit..suit…
Setelah beromantis ria, marilah kita lanjut ke laporan perjalanan selanjutnya,hehe. Sampe di Krian sudah menjelang maghrib. Dan kami masih belum yakin dengan pasti lebaran jadi tanggal berapa penetapannya,hehe. Kenapa lewat Krian? Karena kami menghindari jalur Surabaya yang padat dan bagi saya sangat menakutkan. Entahlah, saya takut dengan arus lalu lintas yang cepat dan ramai. Akhirnya kita memilih lewat krian yang natinya langsung tembus ke Gresik. Seperempat perjalanan melintasi Krian, terdengar adzan maghrib berkumandang. Alhamdulillah. Sementara itu kami disuguhi berbagai macam potret aktifitas. Para pedagang yang sibuk melayani pembeli yang ingin berbuka puasa, para pekerja yang ingin segera sampai di rumah, dan juga beberapa muda mudi yang sibuk keluar masuk toko baju. Ah, mengesankan.
Hari sudah merambat gelap, jalanan semakin semarak meskipun belum terdengan suara takbir. Itu membuat kami semakin bimbang tentang penetapan 1 Syawal oleh pemerintah. Akhirnya ada seorang kawan yang mengirimkan sms bahwa hari itu adalah akhir ramadhan 1432 H. Alhamdulillah, berarti besoknya lebaran. Meskipun tak berpuasa (musafir,hehe), kami mampir di sebuah warung bakso di Gresik. Selain karena perut keroncongan, kami juga ingin menikmati suasana berbuka puasa di tempat tersebut. Suasana di sekitar kami mulai riuh dan ramai. Beberapa anak dan remaja mulai menyalakan kembang api dan petasan. Hal tersebut membuat kami ingin segera pulang ke rumah. Selesai makan, kami pun segera melanjutkan perjalanan.
Gresik dan Lamongan terlewati. ketika sampai di Babat, kami berhenti sejenak untuk membeli sesuatu dan melanjutkan perjalanan lagi menuju Tuban. Di sepanjang jalan, langit bertaburan kembang api dan udara beriramakan gema takbir. Terkadang kita melewati beberapa kelompok takbir keliling dengan beberapa pasukan obor dan rebana. Perjalanan yang mengharukan. Memasuki wilayah Tuban, kami tak langsung menuju ke rumah. Melainkan mampir sejenak di sebuah warung kopi di Pakah. Pakah adalah sebuah pertigaan besar di jalur pantura. Beberapa bus besar dengan tujuan ke arah jawa tengah dan jawa barat pasti melewatinya. Kalau ke arah timur akan menuju jalur pantura yang melintasi area Tuban Kota. Sedangkan kalau ke barat akan melintasi desa desa kecil hingga menuju Kota Bojonegoro. Nah, kalau ke rumah saya memilih jalur yang barat. Jika dibandingkan dengan Tuban kota, rumah saya lebih dekat dengan daerah Bojonegoro.
Setelah menikmati kopi sambil beristirahat sejenak, kami pun melanjutkan perjalanan ke rumah. Setelah kebablasan beberapa meter dari rumah, tepat pukul 21.00 WIB kami sampai di rumah. Ayah dan Ibu yang dengan setia menanti kedatangan kami, sempat tersenyum kecil melihat anak dan menantunya lupa rumah,hahaha. Setelah salim dan saling berpelukan, kami bersama sama memasuki rumah. Setelah membersihkan diri, makan, dan ngobrol sejenak kami pun beranjak istirahat. Mengingat bahwa agenda esok hari jauh lebih padat dari hari hari biasanya. Meskipun dalam keadaan letih dan mengantuk, saya dan suami masih belum bisa memejamkan mata. Tepat pada saat sepertiga malam kami dan seisi rumah benar benar tertidur pulas.
To be continue…
*Selama perjalanan berangkat mudik ke Tuban, jarang sekali foto yang kami ambil. Jadi mohon maaf apabila dalam postingan ini kami tak menyelipkan foto. Maafkan ya. InsyaAllah di episode selanjutnya fotonya akan lebih lengkap. hehehe…
*****
NB :
Pada kesempatan kali ini, di sela sela catatan perjalanan kami selama mudik saya ingin meyelipkan beberapa hal. Mumpung masih di bulan Syawal, saya pribadi selaku admin apikecil memohon maaf apabila ada sesuatu yang tidak berkenan baik berupa tulisan, komen, foto atau apapun itu. Maafkan pula apabila ada beberapa komentar yang masih belum sempat saya balas. Maafkan pula apabila saya jarang posting dan BW selama 1 bulan terakhir ini. Pokoknya, maafkan atas semuanya. Hehehe.. Maaf lahir batin… Miss you All.. Semoga saya lebih rajin lagi dalam menulis di sini. Aminnn…
Sep 03, 2012 @ 05:35:10
Mantap reportasenya walau miskin gambar sehingga melelahkan matahe he he he.
Maaf lahir batin ya nduk
Sssstttt…jangan mendzolimi blog sampai lumuten lho yaaa
Salam hangat
Sep 03, 2012 @ 06:35:40
Kok sampai lupa sama rumah ortu/mertua sendiri, sih…? 🙂
Sep 03, 2012 @ 07:44:26
seru ya mbak Prit.. wah baru tahu kalo mbak Prit istrinya mas blogger itu tuu… hehhehehe 😀
Sep 03, 2012 @ 07:55:13
wah wah.. kalo saya karena semuanya orang bandung.. gak pernah ngerasain yang namanya mudik mbak 🙂
Sep 03, 2012 @ 09:20:04
mudik juga toh mba,, hihihi
tpi nanti kalau sudah ada si kecil, usahakan deh jangan pake motor tuk menempuh perjalanan ratusan kilo, ga tega kalau saya lihat yg begituaan, kasian anak2nya.. 😀
maaf lahir batin juga ya mbak, atas segala salah dan hilaf.
Sep 03, 2012 @ 09:32:03
saya juga pemabuk lho mbak … makanya pengen banget bisa pergi2 naik motor. Tapi itu juga sulit dilakukan, karena sy ringkih, apalagi skr ada fauzan Ujung2nya sih, tetep naik kendaraan roda 4 kalo mudik. Itupun dengan banyaj persiapan & banyak syarat … :D.
Wahhh …. Bojonegoro kesebut, itu kampung halaman orang tua saya, tapi saya udah lama sekali gak kesana, krn ortu tinggal di bandung juga.
Maaf lahir batin juga ya …
Sep 03, 2012 @ 09:34:11
romantiiss mb ^_^
maaf lahir batin ya mb 🙂
Sep 03, 2012 @ 09:40:16
trip mudik pake motor selama nikah cuma sekali doang dilakukan…itupun ketika hamil muda, jd ga tau rasa nikmatnya,,krn yg dirasakan saat itu, perut rasa mau pecah, masuk angin selama perjalanan dan pantat panas. Padahal sebelum nikah mimi srg bgd trip bareng teman2 ke kampung dg naik motor, ahhh masa itu kapan kembali,,beruntung Pritt bisa merasakan sensasinya heeee
Sep 03, 2012 @ 10:42:39
maaf lahir batin ya Prit,
krn nggak terlalu familiar fgn geografi Jawa Timur kurasa jauh banget perjalanan kalian ya, apalagi sampai melewati banyak banget kota
Kira2 berapa kilo sih jaraknya..?
aih si Aim ponakanku itu manis ya terhadapmu?, alhamdulillah…
Sep 03, 2012 @ 10:57:38
hadeuuuhhh itu mudiknya romantis banget.. #ngiri 😀
Sep 03, 2012 @ 11:17:11
Wah bener2 touring yaa tante prit, seru dong kapan ke sidoarjo, hehehehe
😀
Sep 03, 2012 @ 16:34:39
Wah kapan2 kita mudik breng Mbak Prit, saya kan dapat orang kulon juga, bisakah saya merasakan mudik romantis seperti sampean dan Masbro 🙂
Sep 03, 2012 @ 16:51:20
setelah membaca versi suaminya… ini versi istrinya yang ternyata tidak kalah romantisnya…. maaf maafin juga ya…
Sep 03, 2012 @ 20:59:15
Maaf lahir batin ya Mba.
Cerita yang mengasyikkan, semoga besok dapat dilengkapi dengan gambar photo-photo yang menunjang cerita yang mengasyikkan.
Sukses selalu
Salam
Ejawantah’s Blog
Sep 03, 2012 @ 22:17:44
maaf lahir batin juga mbak, seru jga ya mudik niak motor. tahun depan mudik lagi mbak?
Sep 05, 2012 @ 15:01:18
duuh romantisnya yang naik motor berdua buat mudik
itu supaya hakim gak bolak balik liat ke belakang lain kali kalo naek motor dipasang fotonya pritt dekat spion hihihi 😀
Sep 05, 2012 @ 15:41:41
Duh, kapan ya saya bisa mudik bareng suami..hehe
Mba, reportase mudiknya lengkap bgt…
klo aku sih gak kuat klo disuruh naik motor.
Sep 05, 2012 @ 19:21:14
seberapapun jauhnya perjalanan, seberapapun panas dan terik matahari, kalo dilalui berdua, maka semua terasa enteng. Enteng di badan enteng di hati. APalagi ini perjalanan pertama kali pulkam.
Saya juga minta maaf lahir dan batin atas segala salah dan khilaf ya Mbak
Sep 05, 2012 @ 19:54:18
Seru perjalanan mudiknya …
Sep 05, 2012 @ 20:19:53
rute mudik yang lumayan jauh juga ya mbak, dari jam 13.00 sampai jam 21.00.
tapi pastinya terbayar oleh rasa bahagia karena bisa bertemu dengan orangtua dan sanak saudara dikampung ya mbak.
mohon maaf lahir batin ya mbak…
Sep 05, 2012 @ 20:27:00
wah wong Tuban toh
kulo wong Ciamis
lumayan mudik dua mingguan
salam persohiblogan 🙂
Sep 05, 2012 @ 21:43:36
suaminya nengok buat mastiin mbak nggak ngantuk dan nggak jatuh :p
Sep 06, 2012 @ 09:15:41
hihihi saya ada temennya ngantukan klo montoran
justru saat ngantuk begitu, berasa banget sayangnya suami ya pit
aku sering lho pura2 ngantuk, senang dipuk2 pahanya biar bangun hahaha
padahal mah apaaaaaaaaaa cobaaaa hihihi
apalagi sambil dipuk2, tar suami ngomong gini : “teh .. teh … ngantuk ya?” makin tak terusin sandiwaranya … nyautnya gak jelas jadi biar dia yakin lagi ngantuk beneran hihihi paraaahhh ..
jadi jilid 2 tentang mudik kapan tayang lagi pit? 😀
***pake akun suami nih pit – nique*
Sep 06, 2012 @ 13:41:06
Prit, maaf lahir bathin yaa.. 🙂
saya mah gak pernah ngerasain mudik jauh kemana gitu hehe..
asyik ya prit, banyak kesan, banyak ceritanya hehe..
Sep 07, 2012 @ 01:15:01
Duduk sekian jam di sepeda motor, serasa kebas deh pantat 😀
Serunya kisah mudik dengan bermotor ria. Aku jadi ingat kakak iparku yang kalo mudik, cuma bisa dengan sepeda motor atau kapal sungai. Tapi itu pun juga pernah mabuk 😀
Sep 08, 2012 @ 05:49:29
Beruntung saya dikaruniai seorang lelaki yang sangat sabar. Setiap merasa mengantuk, dia akan membelokkan motor ke pom bensin terdekat dan beristiahat disana. Ternyata beberapa pengendara motor ketika mudik juga melakukan hal yang sama ketika mengantuk.
menurut saya koq mbaknya aja deh yang kegeeran 🙂
Sep 20, 2012 @ 15:22:49
Perjalanan Jember – Tuban yang seru ya, Mbak. Kemarin saya juga mudik dari Jogja ke Jombang. Hmmm…, betapa serunya kumpul keluarga.
Sep 25, 2012 @ 12:28:17
salam persahabatan yaaa
Jan 17, 2013 @ 11:44:30
Yang pasti penuh kenangan dan macet yah mba…
Jun 29, 2013 @ 17:17:23