Sejarah peradapan telah menunjukkan betapa usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya telah menimbulkan kesengsaraan berupa bencana alam yang disebabkan karena manusia tidak mampu mengendalikan ketamakannya. Mengalami hal tersebut, manusia mulai berfikir dan bekerja secara aktif untuk memahami lingkungannya yang memberikan tantangan dan mengembangkan cara-cara yang paling menguntungkan dalam upaya memenuhi kebutuhan hidup yang terus cenderung meningkat dalam jumlahnya, ragam dan mutunya (Kearifan Lokal Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup Pada Kerangka Hukum Nasional : Alvi Syahrin, Prof. Dr. MS. SH).
Kemajuan dan keberhasilan sebuah bangsa tak bisa dilepaskan dari kondisi lingkungan hidup yang ada di dalamnya. Banyaknya persoalan lingkungan saat ini mau tidak mau membuat semua negara memeras otak untuk mencari pemecahannya secara tepat dan kongkrit. Faktor lingkungan merupakan ranah yang luas dan bisa mencakup segala bidang, diantaranya ekonomi, politik, sosial, budaya, hukum, dll. Tak heran bila membawa efek begitu besar pada stabilitas sebuah negara. Indonesia merupakan satu diantara banyak negara yang harus bangkit dan berjuang untuk mencari jalan terbaik, sebagai pemecahan atas beberapa kasus lingkungan yang selama ini masih terbengkelai penyelesaiannya.
Potret Muram di Balik Berdirinya Industrialisasi Indonesia
Maraknya industrialisasi di Indonesia tak hanya memberikan efek di sisi ekonomi saja. Pendirian beberapa proyek industri yang memberikan gelontoran rupiah pada pendapatan negara ini juga merupakan bayang bayang hitam bagi proses kelestarian alam di Indonesia. Sumber Daya Alam yang harusnya bisa dinikmati oleh masyarakat secara merata telah beralih fungsi menjadi ladang emas bagi investor asing. Belum lagi efek ekologi dan luka menganga yang ditinggalkan oleh beberapa proyek, seperti mimpi buruk yang berkepanjangan.
Ketika menyangkut masalah ekonomi, semua hal seolah terabaikan. Karena efek instan yang terlihat secara nyata lebih menggiurkan daripada efek ekologi yang suatu saat nanti diterima. Industrialisasi menjamur tentu akan menyerap banyak tenaga kerja dan memberi pemasukan pada negara. Hal tersebut dijadikan target utama yang tak bisa diganggu gugat. Namun jika proses tersebut ditelaah lebih teliti manfaat dan efek sampingnya akan memunculkan fakta yang dilematik.
Untuk alasan apapun, dunia tidak pernah bisa menghentikan proses industrialisasi. Demikian, juga dengan kekuatan apapun, dunia tidak bisa meniadakan dampak negatif dari sekian banyak manfaat di balik proses industrialisasi itu sendiri. Selalu aja ada yang terpinggirkan sebagai biaya yang harus ditanggung sekelompok masyarakat atas sekelompok lain yang mendapat kemanfaatan dari kegiatan industrialisasi itu sendiri. Masalahnya adalah, apakah semua resiko & manfaat industrialisasi itu sudah dikalkulasikan dengan benar? (Prof. Koentjoroningrat β 1984)
Beberapa galian menganga yang ditinggalkan oleh perusahaan pertambangan X di Papua masih banyak tersisa sampai saat ini. Kasus lumpur L juga masih belum menemukan titik terang yang melegakan. Belum lagi limbah pabrik yang dibuang di sungai-sungai yang airnya masih kita manfaatkan. Alih fungsi hutan menjadi perkebunan kelapa sawit menjadikan sebagian dari hutan kita gundul, membuat paru paru dunia dan cadangan air semakin kritis. Belum lagi punahnya beberapa hewan langka yang terusir dari rumahnya hanya untuk memenuhi keinginan pasar akan minyak sawit.
Tak hanya sampai di sana, alih fungsi hutan sudah mulai membabi buta dengan penanaman tanaman perkebunan yang notabene bukan endemik Indonesia. Hal tersebut mengakibatkan ketidakcocokan dengan karakter tanah yang ditanami, akar tidak bisa menghunjam kuat ke bawah sehingga mudah tercerabut oleh tekanan yang kuat. Tanaman industrialisasi perkebunan seperti halnya kopi dan karet tidak bisa berperan sebagai pagar betis ketika banjir datang. Akibatnya saat musim hujan turun, banjir dengan mudahnya menerjang.
Belum lagi masalah sampah yang ditimbulkan oleh budaya konsumerisme atas industri makanan cepat saji. Alur konsumerisme semakin masuk tanpa kita sadari. Dan semuanya itu tak diimbangi dengan kesadaran akan bahaya sampah yang ditimbulkan oleh industri tersebut. Kesadaran membuang dan memanfaatkan sampah masih dibilang minim di Indonesia. Terbukti dari beberapa sungai yang berubah fungsi menjadi tempat sampah. Belum lagi saluran saluran air yang tersumbat oleh sampah dan mengakibatkan banjir.
Masih banyak lagi beberapa efek industrialisasi bagi keberlangsungan lingkungan kita. Beberapa upaya sebenarnya sudah mulai diterapkan oleh pemerintah kita, namun belum begitu maksimal penerapannya. Mulai dari riset yang dilakukan sebelum berdirinya sebuah tempat industri, sampai kajian akan limbah yang nantinya dihasilkan (berbahaya atau tidaknya bagi lingkungan di sekitarnya), sampai pada kepemilikan lahan tempat berdirinya industri tersebut. Fakta yang terjadi adalah proses tersebut masih dianggap berbelit belit untuk mendirikan sebuah industri, sehingga banyak yang mencari jalan pintas untuk mencapai deal yang aman bagi kedua pihak. Peraturan dan upaya yang dibuat pemerintah seakan menjadi macan kertas yang hanya bisa meraung raung di dalam kertas saja. Dalam hal ini pemerintah harus berani bertindak tegas dan keras terhadap beberapa industri di Indonesia. Mencari solusi dan jalan yang terbaik untuk semua. Industri, negara, masyarakat dan lingkungan.
Untuk Sadar, Kita Perlu Mengerti Apa Yang Akan Kita Sadari
Untuk masalah lingkungan, mau tidak mau kita harus mengakui bahwa pengetahuan masyarakat masih sangat kurang. Pendidikan lingkungan hanya diberikan kepada kalangan tertentu. Hanya beberapa kalangan saja yang memahami masalah lingkungan. Padahal, kesadaran itu akan tumbuh jika kita paham akan hal yang akan kita sadari. Artinya, untuk menyadarkan seseorang tentang bahaya yang mengancam lingkungan, kita butuh memberikan pengetahuan tentang lingkungan itu sendiri.
Untuk saat ini sudah banyak beberapa sekolah yang menyisipkan pendidikan lingkungan sejak dini dalam kurikulum belajarnya. Selain itu juga penyuluhan penyuluhan yang dilakukan oleh aparat desa dan beberapa instansi pemerintahan di bidang lingkungan. Pendampingan masyarakat utamanya di lokasi rawan bencana juga sudah banyak dilakukan. Namun, masih banyak yang tak terjangkau. Masih banyak yang belum sepenuhnya mengerti dan paham akan masalah masalah lingkungan.
Beberapa kesulitan yang dihadapi dalam penyampaian pendidikan lingkungan adalah untuk mendekati beberapa kalangan masyarakat dengan taraf pendidikan yang masih rendah. Terkadang banyak penyuluhan dan pembinaan lingkungan yang macet sampai disini. Masyarakat tak bisa memahami apa yang diberikan. Karena itu, butuh metode yang sederhana untuk menjangkaunya. Keanekaragaman pola-pola adaptasi manusia terhadap lingkungan, terkadang tidak mudah dimengerti oleh pihak ketiga yang mempunyai latar belakang sosial dan kebudayaan yang berbeda. Namun demikian, keanekaragaman pola-pola adaptasi terhadap lingkungan tersebut merupakan faktor yang harus diperhitungkan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangungan yang berkelanjutan.
Sejumlah permasalahan yang muncul mengenai lingkungan lebih banyak melibatkan masyarakat adat dengan masyarakat lain yang tidak memahami kearifan lokal dan adat suatu masyarakat tentang bagaimana masyarakat tersebut mengelola lingkungannya secara tradisional. Salah satu langkah yang tepat dalam usaha untuk mewujudkan kearifan lingkungan adalah dengan mengkaji kembali tradisi yang ada di masyarakat tentang usaha mereka untuk mewujudkan keseimbangan kehidupannya dengan lingkungan. Tradisi dan aturan lokal yang tercipta diwariskan secara turun menurun untuk mengelola lingkungan, merupakan materi penting bagi penyusunan kebijakan yang baru tentang lingkungan. Norma-norma yang mengatur kelakuan manusia dalam berinteraksi dengan lingkungannya, ditambah dengan kearifan ekologi tradisional yang mereka miliki, merupakan pedoman etika lingkungan pada perilaku manusia dalam pengelolaan lingkungan.
Untuk membangkitkan kesadaran masyarakat akan lingkungan, perlu dilandasi dengan pendidikan lingkungan yang terarah. Selain itu konsep penyampaian pendidikan lingkungan bisa berdampingan dengan kearifan lokal yang cenderung diamini oleh beberapa masyarakat kita yang masih berpegang erat pada adat. Masyarakat butuh pendidikan lingkungan untuk membangunkan kesadaran akan kondisi lingkungan yang ada di sekitarnya.
Indonesia (harus) bangkit, berlaku tegas pada semua pelaku industrialisasi agar memberikan efek yang positif bagi masyarakat, lingkungan dan pemerintah. Indonesia (harus) bangkit, memberikan pendidikan lingkungan bagi masyarakan secara menyeluruh untuk membangkitkan kesadarannya akan kelestarian alam di masa depan. Indonesia (harus) bangkit selamatkan lingkungan, demi terjaganya stabilitas negara dan masa depan lingkungan yang cerah dan lestari.
*****
ArtikelΒ ini diikutsertakan pada Kontes Unggulan Indonesia Bangkit di BlogCamp
Mei 31, 2012 @ 19:17:18
Saya telah membaca dengan seksama artikel diatas.
Akan segera saya daftar
Terima kasih atas partisipasi sahabat
Salam hangat dari Surabaya
Mei 31, 2012 @ 19:55:13
Terima kasih Pakdhe Sayang π
Jun 01, 2012 @ 07:22:40
Indonesia sudah lama terpuruk dan malah makin terpuruk.
Kinilah saatnya bangkit (meski agak terlambat).
Minimal menjadi yang terhebat di ASEAN lah…
(Terutama bangkit dalam pengelolaan negara).
================================
Semoga menjadi salah satu pemenang kontesnya PakDhe ya Mbak
Jun 06, 2012 @ 01:28:56
Nggih Pak Mars, tak ada kata untuk terlambat π
Matur Nuwun Pak Mars atas doanya π
Jun 02, 2012 @ 11:40:41
waah ikut juga tho mba…daftar diakhir jadwal penutupan kontes lagi.. tp btw…kapan ya dium-um kan?
Jun 06, 2012 @ 01:27:38
Iya Mas, saya ikutan berpartisipasi π
Sekitar pertengahan juni ini Mas pengumumannya
Makasih ya π
Jun 02, 2012 @ 22:19:21
sudah waktunya Indonesia bangkit, dulu bisa di segani dunia luar,
sekarang dan ke depanpun bisa, dulu terkenal tanah yang subur, kesuburan tanah airku itu harus di kembalikan, untuk di serahkan ke generasi berikut, ayo Indonesia bangkit,
sukses di kontesnya ya prit.
Jun 06, 2012 @ 01:26:23
Iya Mbak, bener sekali
Indonesia pasti bisa π
Makasih ya Mbak..
Jun 02, 2012 @ 23:06:59
yang lebih herannya…kenapa yah…kita semua memulai dari apa yang kita miliki…misal…tanah yang subur kita tanami semua kebutuhan yang hingga saat ini masih kita impor??…Insya Allah..kita nantinya ga usah impor2 lagi khan??
Jun 06, 2012 @ 01:25:37
Iya Om Necky, setuju sama usulannya
Biar gak tergantung sama produk impor
lha wong sumber daya alam kita melimpah ruah
kenapa harus impor
Makasih ya Om, sukses selalu π
Jun 03, 2012 @ 19:37:56
mestinya tiap keluarga bisa punya mesin daur ulang sampah sendiri ya mbak, jadi sampah nggak makin menumpuk di mana-mana ya..
Jun 06, 2012 @ 01:23:56
Iya Mbak, cuman saat ini mesin daur ulang sampah di daerah saya masih terbatas
dan ditaruh di RW dan kelurahan saja
jadi semua sampah dikoordinir disana
Mestinya bisa sih, diakali pembuatannya
Makasih ya Mbak π
Jun 03, 2012 @ 22:54:38
halo mbak apa kabar? lama baru bisa mampir kesini nih
Jun 06, 2012 @ 01:21:20
Alhamdulillah baik Mbak Lidya π
Iya, lama nggak kelihatan Mbak
biasanya pasti update terus tiap hari
Jun 04, 2012 @ 06:18:34
Kalau bukan kita siapa lagi? sukses ya adikku, budiastawanya lagi rehat dia,tapi tetap sehat kok
Jun 04, 2012 @ 09:47:38
Betul, seharusnya mulai dari diri kita sendiri, dan mulai saat ini. Insya Allah, dengan bersatu kita kuat, bersama kita hebat.
Semoga kita sama-sama menang di kontes, Pakde. Amin, insya Allah.
Jun 06, 2012 @ 01:17:45
Iya Mas Abi…
Terima kasih ya
Semoga sukses… π
Jun 06, 2012 @ 01:20:25
Iya Bli, beber banget…
Oh, lagi hiatus ya?
Makanya gak pernah kelihatan..
Semoga semuanya sehat selalu π
Salam buat semua ya Bli
Jun 04, 2012 @ 12:07:10
Bangkit pemuda indonesia, bangkit yang berjiwa muda, bangkit blogger indonesia
Jun 06, 2012 @ 01:06:58
Yuk bangkit bersamaaaa
makasih ya Cak π
Jun 04, 2012 @ 20:25:36
sukses ya buat kontesnya π
Jun 06, 2012 @ 01:04:00
terima kasih Mbak Tiffa π
Jun 05, 2012 @ 08:15:22
Indonesia harus bisa bangkit dari keterpurukan ini!!
Jun 06, 2012 @ 01:02:56
Yus, bener banget
mari kita mulai dari diri sendiri dan dengan cara kita sendiri
terima kasih π
Jun 05, 2012 @ 09:03:26
3 kali naik turun baca artikelnya prit…. mungkin karena lagi rada mual, susah mencernanya, dan akhirnya dapet juga intinya, tentang pengelolaan lingkungan, penyuluhan, pendidikan dan kearifan lokal serta warisan budaya yang tidak merusak lingkungan.
Fotomu yang mana diantara ibu-ibu PKK ?? tak cariin tapi kok belum nemu yak π
love u semoga menang dan kita menyadari pentingnya lingkungan hidup yang sehat dan bersih serta terjaga dengan baik demi masa depan Bumi.
Jun 06, 2012 @ 00:58:14
Efek hamil muda ya Mbak π
Selamat ya Mbak atas kehamilannya, pasti bahagia banget dapet hadiah yang indah..
Fotoku emang nggak ada Mbak..
Itu foto waktu aku liputan acara ibu ibu PKK
Terima kasih banyak atas apresiasinya
jaga kesehatan selalu ya Mbak..
Jun 05, 2012 @ 12:11:23
sukses selalu yaaa !! π
Jun 06, 2012 @ 00:55:09
Terima kasih π
Jun 06, 2012 @ 11:54:24
waaahhh soal lingkungan aku juga miris banget.. seperti di kalbar aja perkebunan kelapa sawit meraja lela menebang hutanhutan disini.. rasanya kesal, tapi mau bagaimana lagi.. memang perlu perhatian dari seluruh lapisan masyarakat untuk lingkungan ini.. gak bisa berjalan individual karena jalannya akan sangat lambat.. hmmmm..
btw sukses buat kontesnya π
Jun 06, 2012 @ 14:11:43
bagus banget ini postingannya dek
kita memang harus bangkit untuk lebih peduli pada lingkungan dimulai dari diri sendiri
Jun 07, 2012 @ 09:51:58
Sebenarnya tidak usah yang rumit-rumit dulu, bisa kita mulai dari kepedulian terhadaap sampah. Membuang sampah pada tempat yang semestinya adalah tindakan terpuji (walau terlihat sepele) menuju terbentuknya kesadaran yang lebih besar terhadap penyelamatan lingkungan. Faktanya, perda soal sampah tidak benar-benar dijalankan oleh pemerintah — sebab aparat tak pernah mau acuh akan perilaku masyarakat yang membuang sampah sembarangan, padahal nyata-nyata ada dendanya. Botol atau gelas kemasan air atau plastik yg begitu saja dihempaskan dari mobil-mobil keren–siapakah yang peduli? Atau kita yang menghamburkan bungkus permen, kulit kacang, daun pembungus nagasari, dll. seenaknya tanpa sadar adalah sebuah titik yang lamabat laun akan membentuk garis dan bahkan gambar raksasa akan hancurnya lingkungan kita–yang selama ini kita koar-koarkan dalam lisan dan tulisan sebatas sebagai wacana π¦
Sangat miris ya; ini baru soal sampah, belum hal-hal besar lain yg Apikecil sebut di atas.
–komentar ini terutama utk mengingatkan diri saya sendiri π —
Semoga tulisan kamu dipilih Pakdhe sebagai salah satu pemenang, biar lebih banyak orang menumbuhkan kesadaran soal lingkungan. Salam
Jun 07, 2012 @ 13:30:47
BetulSelamatkan Lingkungan kita… π
“Kisah Hidupku #3” sudah di Posting loh.. π
kalau mau baca ayo baca yu.. π
Jun 07, 2012 @ 14:48:29
gud lak, semoga berhasil di kontesnya Kumendang… π
Oyen dukung *bawa umbul-umbul keliling lun alun π
Jun 07, 2012 @ 19:47:54
well. semoga harapan itu dapat terwujud dan tidak hanya menjadi tulisan di atas secarik blog.. π
*emang ada ya secarik blog.. ?? %^&*(!
Jun 08, 2012 @ 06:33:04
sepakat bangkit menuju kepedulian lingkungan. perlu sosialisasi dan edukasi tinggi. dimulai dari pendidikan semenjak dini lalu lingkungan masyarakat sekitar. seperti edukasi pembuatan kompos, daur ulang, pembuatan lubang biopori dan peningkatan riset untuk pengolahan limbah
Jun 08, 2012 @ 10:40:34
Salam Takzim
Banyak ilmu yang kudapat dari tulisan ini, sepertinya akan menggelitik juri nih
Salam Takzim Batavusqu
Jun 08, 2012 @ 12:24:05
Artikel yang apik Prit. Kayaknya bakal menang nih π
Jun 08, 2012 @ 15:12:16
semoga menang π
Jun 08, 2012 @ 16:59:42
Ulasannya luar biasa, buat saya pengen baca berulang2…dimulai dr diri sendiri dan lingkungan trdekat yaitu rumah dan lingkungan trdekat [tetangga]
Kita pasti BISAAAA
Jun 08, 2012 @ 20:43:09
mantep banget tulisannya Prit, smoga menang ya…. π
Jun 10, 2012 @ 10:49:57
Apik Prit. Kayaknya bakal menang nih.
Btw, ini kunjungan kedua saya di sini. YAng pertama koq sulit meninggalkan komen ya … π
Sukses yaaa
Jun 12, 2012 @ 15:29:03
kunjungan pertama nih mb.. :))
Sep 10, 2012 @ 21:04:51
WOWWWWW
bagus bgt
bis buat ngisi pr PLH
π
Jun 29, 2013 @ 17:17:08
Sep 06, 2013 @ 13:29:44
Kalau bukan kita yang melestarikan lingkungan, siapa lagi?