Beberapa hari lalu aku menulis Mas. Tepatnya hari Kamis, tertanggal 23 Februari 2012. Sebuah tulisan fiksi yang secara implisit menggambarkan tentang dirimu. Otak bawah sadarku menggiring jemari ini untuk menuliskannya. Sabtu dini hari sa’at aku terlelap, suami membangunkanku. Mengabarkan warta yang enggan kudengar. Kau telah berpulang ke pangkuan-Nya. Rasanya sulit mencerna semua yang kudengar. Aku menerimanya dalam bentuk patahan patahan, enggan mendengarnya secara nyata. Aku takut mendengar kenyataan bahwa kau benar benar pergi. Semakin takut, semakin sadar bahwa itu warta yang nyata. Dan aku pun tak bisa membendung air yang keluar dari mata ini. Tuhan punya cara sendiri untuk melepaskanmu dari belenggu rasa sakit itu, Mas…
Kapan terakhir kita ketemu Mas? Aku masih mengingatnya dengan jelas. Ya, sa’at itu bertepatan dengan peringatan hari bumi, 22 April 2011. Kita dan beberapa kawan sedang ada di acara bertajuk lingkungan di Sukamade – Banyuwangi. Tak dapat dipungkiri,semangatmu sa’at itu benar benar luar biasa. Benar benar membakar. Perjuanganmu dalam masalah lingkungan memang selalu membuat semua orang kebat kebit. Dan pada akhirnya, semua orang akan tau bahwa apa yang kau perjuangkan tak kan pernah sia sia. Mohon ma’af Mas, bila ada kesan yang kurang berkenan dalam acara itu (tragedi truk mogok di tengah hutan).
Ini kebersama’an terakhir kita Mas. Kau (Alm. Mas Bibin memakai kaos dengan logo Pro Fauna berwarna hitam) berdiri tepat di sampingku (aku memakai kerudung berwarna pink)
Ini sa’at truk kita macet Mas, beberapa rombongan turun untk menariknya dengan tambang. Ingatkah kau dengan suasana yang riuh itu? Dan ingatkah kau sa’at itu adik kecilmu ini menangis dengan egoisnya…
Sa’at perjalanan pulang, truk yang kita tumpangi tidak bisa lewat karena ada truk lain yang mogok di tengah hutan (jalan hanya bisa dilewati satu truk saja). Kau tau sa’at itu aku sedang gelisah dan ingin segera sampai karena ada acara lain yang menunggu. Dengan segala cara kau berusaha membuatku terhibur dan tersenyum. Tapi sa’at itu aku adalah adik kecilmu yang rewel dan ingin segera pulang. Aku tak tahu, kenapa harus seegois itu. Kita dan rombongan menunggu beberapa jam, dan akhirnya kau memutuskan agar rombongan berjalan kaki dan menunggu di pos TN di bawah. Untuk mencapai tempat tersebut kita harus melakukan perjalanan yang panjang. Berjalan kaki dan sesekali numpang di mini truk milik penduduk. jam tiga sore rombongan secara berkala sampai di pos TN. Ini sudah melampaui waktu yang diperkirakan, mengingat keberangkatan kita dari Sukamade jam 7 pagi. Harusnya jam 3 sore ini aku sudah bisa sampai di jember.
Sa’at itu aku menangis sejadi jadinya. Ya, aku benar benar adek kecilmu yang egois. Semua orang ingin segera pulang, tapi aku ingin didahulukan. Aku menangis dan terus menangis. Sementara kau semakin bingung dan berusaha menenangkanku agar semua rombongan tak ketularan panik. Sampai semua kerumitan itu berakhir, aku tak menyapamu. Tingkahku benar benar mirip anak kecil ya Mas,hehe. Aku memaksa seorang kawan untuk ngebut dari Banyuwangi ke jember untuk mengejar sebuah acara. Dan semua menjadi semakin lengkap ketika aku tiba di jember pukul 12 malam, tepat sa’at acara itu sudah selesai. Lengkaplah sudah perasaanku malam itu, Mas. Sa’at ini kau pasti tau apa yang kurasakan sa’at itu.
Selang beberapa bulan sa’at peristiwa itu, kau menghubungiku (tepatnya bulan Mei) untuk turut serta dalam acara bertajuk lingkungan bulan juli di Taman Nasional Baluran. Namun karena sebuah alasan, aku tak bisa turut serta kesana. Mas, jika selama ini kau bertanya tanya tentang alasannya, semoga sa’at sekarang kau bisa memahaminya dengan jelas. Maafkan aku ya Mas…
Setelah sa’at itu, kita tak pernah bertemu. Pada sa’at lebaran, kau mengirimkan sebuah sms untukku. Ucapan mohon maaf dari keluarga, dan aku pun membalasnya dengan ucapan serupa. Bulan Oktober (aku lupa tepatnya tanggal berapa) pas tengah malam, kau mengirimkan sebuah pesan singkat untukku.
“Hana…”, itulah pesan yang kuterima sa’at itu.
“Iya Mas, kenapa?”, Aku baru membalasnya ketika pagi harinya.
“Gpp, lama nggak ngopi bareng”, bunyi balasan yang kau kirimkan untukku.
“Hehehe… Iya Mas, aku sibuk akhir akhir ini”, balasku kemudian.
Setelah itu, tak ada lagi sms balasan darimu. Dua hari sebelum aku menikah, kukirimkan sebuah pesan kepadamu. Karena tempat kita lumayan jauh, aku hanya bisa berkirim kabar lewat sms, telp, ataupun jejaring sosial. Sebuah harapan agar kau bisa hadir di pernikahanku bersama istri dan ketiga jagoanmu. Sms pun bersambut, tak lama kemudian kuterima balasannya.
“Semoga berbahagia, maaf kami tak bisa hadir”, begitulah huruf yang tertera di layar ponselku. Ah, jawabanmu yang terlalu to the point membuatku semakin bertanya tanya. Tapi semua itu lenyap seiring dengan berbagai macam kesibukan dan persiapan menjelang acara pernikahanku.
Sehari setelah acara pernikahan, kudengar kabar bahwa glukoma membuatmu terbaring di rumah sakit. Ah, inikah arti dari kalimat yang kau kirimkan lewat sms itu? Kenapa tak kau ceritakan kepadaku mas? Hari hari selanjutnya aku mengikuti perkembanganmu lewat media facebook dan beberapa sms dari teman. Aku ingin selalu menjadi yang pertama tau kabarmu, meskipun aku tak ada di dekatmu. Melantunkan doa dan senandung dari jauh, berharap semua itu menguatkanmu dari rasa sakit.
Segala upaya diusahakan untuk kesembuhanmu Mas. Operasi yang pertama juga dilakukan, dan membuat semua orang yang berharap atas kesehatanmu berbahagia atas kabar tersebut. Tak terkecuali aku dan suami. Beberapa sa’at setelah operasi, kau sudah boleh pulang dan menikmati suasana ruma ditemani dengan istri dan ketiga jagoanmu. Ini adalah kabar bahagia yang pernah kudengar. Beberapa hari setelah operasi itu, muncul beberapa keluhan atas dirimu. Ku pikir, ini adalah sebuah reaksi obat atau efek setelah operasi yang akan membuatmu semakin membaik. Namun, 3 Februari 2012 lalu seorang kawan mengabrkan padaku bahwa kau kembali terbaring di rumah sakit dengan diagnosa kangker otak, dan infeksi di kepalamu akibat operasi dulu. Apa ini? kenapa kabarnya begitu simpang siur? Mana yang benar Mas? Sa’at itu aku berharap bahwa semua itu adalah kesalahan diagnosa dokter.
Aku masih terus mengikuti kabarmu. Baik di media facebook maupun telpon dan sms dari beberapa kawan. Sampai akhirnya 25 Februari dini hari aku menerima kabar bahwa kau benar benar pergi. Aku jatuh dan benar benar jatuh mendengarnya. Ya Mas, kita memang berasal dari-Nya dan akan kembali pula kepada-Nya. Aku tahu, ini adalah jalan yang terbaik untukmu. Melepasmu pergi merupakan hal tersulit bagiku. Teramat sulit dan sakit. Mungkin inilah yang menyebabkan bahwa suatu perpisahan adalah rasa sakit yang menyesakkan dada. Kau tau Mas? Aku merasakannya sa’at kau pergi.
Kau bukanlah sosok yang begitu mudah dihapus dari ingatanku. Semudah menghapus coretan pensil di kertas putih. Dan tak kan pernah terhapus, sampai kapanpun itu. Kenanganmu begitu lekat dalam kehidupanku. Bagaimana perjuanganku pertama kali menjadi seorang jurnalis, cara menulis, hingga mulai menggeluti spesifikasi untuk berita lingkungan. Semua itu kudapat darimu Mas. Setiap kali tangan ini menarikan jemari di atas keyboard, sa’at itulah wajah dan kenanganmu begitu kuat dan menyeruak dalam setiap hurufnya. Inilah sa’at yang tepat untuk menyimpan dan memaknai kenangan secara bijak. Bukankah begitu Mas?
Mas, aku mengenalmu bukanlah sebagai sosok yang bermain main dalam menulis. Keberanian dan sikapmu yang tanpa basa basi terkadang membuat banyak orang tersenyum kecut, tak sedikit juga yang mengejek. Mungkin kesan yang ditampilkan oleh orang sepertimu terlalu aneh di mata masyarakat kita yang sudah terbiasa dengan budaya basa basi. Dan pada akhirnya, saat ini semua orang tau bahwa apa yang kau perjuangkan tak pernah sia sia. Bahkan pada akhir yang seperti inipun, kau tak kalah Mas. Bagiku kau sudah menang, Mas. Perjuangan bukan dinilai dari menang atau kalah, tapi proses perjalanannya. Dari sini aku juga belajar Mas, bahwa cara terbaik untuk mengenang seseorang adalah tetap berjuang. Ya, terus berjuang untuk tetap mengingatmu. Bagiku kau adalah seorang kakak, teman ngopi, guru menulis, dan kawan untuk berbagi segala hal, Mas.
Ini bukan ucapan selamat tinggal Mas. Meskipun jauh di sana, aku yakin kau membaca suratku ini.
Mas Bibin, do’aku untukmu. Semoga dilapangkan jalanmu di sisi-Nya. Aku tak pernah menjauh darimu Mas, percayalah bahwa hati kita akan selalu dekat dengan kenangan kenangan yg ada. Semoga dedikasimu membuka mata hati yang tertutup. Mengenangmu dengan terus berjuang. Selamat jalan Mas Bibin..
Di kesempatan kali ini, aku sertakan slide buatan seorang kawan untuk mengenang perjuanganmu selama ini. Do’aku selalu untukmu Mas. Untuk Istrimu yang tangguh. Dan untuk 3 jagoan kecilmu yang hebat. Aku yakin, semua tulisanmu akan mengantarkanmu ke tempat terindah di sisi-Nya. Aminn…
Catatan:
Tulisan ini ada dalam draft sejak tanggal 25 Februari 2012 di senja yang sendu. Saya mencoba menyelesaikannya setiap hari, namun selalu gagal. Dan pada akhirnya, saya bisa menyelesaikannya sekarang. Tepat setelah 16 hari kepergian Alm. Mas Bibin.
Mar 11, 2012 @ 05:51:39
tarik nafas dulu….. semoga amal dan ibadahnya di terima.
Mar 11, 2012 @ 10:26:14
Aminnnn.. Terima kasih do’anya ya Mas… 🙂
Mar 11, 2012 @ 05:54:11
Kenangan yang seru tapi mengharukan sob. Untung kakanya sabar ya dalam menghadapi keegoisan yang seperti anak kecil.
Kangker otak ya?
Sedih ane sob setiap baca kisah yang ada hubungannya dengan kangker otak. Ane pernah kehilangan seorang sahabat yang tergabung dalam batch30, kini telah tiada karena kangker otak.
Mar 11, 2012 @ 10:30:34
Iya, Almarhum adalah seorang yang sabar sekali.
Terima kasih ya 🙂
Mar 11, 2012 @ 06:34:21
Cerita kenangan yang sarat dengan kebahagiaan, kesenduan…..membayangkan sosok Bibin yang tangguh.
Pada akhirnya kita akan kembali pada Nya….semoga kebaikan hati Bibin, amal baiknya diterima oleh Nya, dan diampuni semua dosanya.
Mar 11, 2012 @ 10:37:10
Terima kasih Mbak, atas do’anya,
terharu saya membaca komentarnya
Semuanya pasti akan melewati fase ini 🙂
Mar 11, 2012 @ 06:34:50
turut bersimpati. seorang rekan kerjaku dan seorang kawan lagi kawan SMA-ku pun telah berpulang karena meningitis.
Mar 11, 2012 @ 07:03:20
terkadang orang yng sudah tiada memang akan terasa keberadaanya ketika ia telah pergi. . . .
Mar 11, 2012 @ 10:40:52
Terima kasih banyak Mas 🙂
Mar 11, 2012 @ 07:18:37
tulisan ini juga menjadi saksi perjuangan alm. yang tak biasa. Innalillahi wa’ina ilaihi roji’un, semoga dilapangkan alam kuburnya. Dan makin banyak generasi yang meneruskan langkah mulianya.
Mar 11, 2012 @ 10:50:49
Iya Mbak, terima kasih
terima kasih juga atas doanya..
Amin.. Amin..Aminnn…
Mar 11, 2012 @ 07:20:06
jejak2 kebaikannya begitu terasa
Turut berduka cita,
Mar 11, 2012 @ 11:04:35
Iya Mas, sangat terasa..
Terima Kasih ya… 🙂
Mar 11, 2012 @ 07:49:17
Inna lillahi wa Inna Ilaihi Raji’uun.. moga jerih payah dan perjuangan Mas diterima di sisi Allah SWT. Dan semoga semangat beliau tidak ikut hilang tetapi terus muncul bibit baru yang penuh semangat sehingga akan menjadi amal jariyah yang berkelanjutan. Amien 🙂
Salam..
Mar 11, 2012 @ 11:05:49
Amin…
Semoga semangat almarhum akan terus mengalir
Terima kasih atas do’anya… 🙂
Mar 11, 2012 @ 08:25:05
Mas yang tangguh, ujian yang diberikan Sang Pencipta dilalui dengan tegar meski pada akhirnya ajal menjeput.
Inna lillahi wa Inna Ilaihi Raji’uun. Insya Allah amal kebaikannya di terima di sisi-Nya
Tetap semangat layaknya semangat Mas 🙂
Mar 11, 2012 @ 11:07:21
Thanks atas do’anya…
semoga semangat mas bibi terus mengalir setiap detiknya 🙂
Mar 11, 2012 @ 09:07:13
Innalillahi wa innaillahi roji’un…
Semoga Mas Bibin tenang di sisi-Nya, dimudahkan jalannya…
Mar 11, 2012 @ 11:08:33
Aminnnn…
terimakasih doanya untuk almarhum Mbak…
makasih 🙂
Mar 11, 2012 @ 09:09:04
Kisah yang mengharukan, dengan perjuangan tanpa lelah. Semoga diberi kelancaran dan dilapangkan jalannya.
Dan semoga semakin banyak terlahir generasi penerusnya yang terispirasi dengan karya-karyanya. Tetap semangat ya Mba.
Sukses selalu
Salam Wisata.
Mar 11, 2012 @ 11:10:01
Aminnn,, Amin.. Ya Rabbal Alamin..
saya mengamini semua doanya.. Terima kasih banyak…
Mar 11, 2012 @ 09:10:26
Turut berduka cita atas kepergian mas Bibin. Btw, saya yakin semangatnya akan tetap membara di hati-hati kita.
Mar 11, 2012 @ 11:11:06
Iya, pasti Mas..
semangatnya akan selalu mebara di hati kita
Terima kasih doanya Mas 🙂
Mar 11, 2012 @ 09:22:55
Sesuatu yang diciptakanNya, pasti akan kembali kepadaNya. Memang terkadang ada orang yang secara khusus diberi amanah olehNya untuk menjadi pelajaran bagi orang lain. Turut berduka cita, ya… 😦
Mar 11, 2012 @ 11:12:32
Terima kasih 🙂
apresiasi dan renungan yang sangat menarik ketika saya membaca komentarnya…
Mar 11, 2012 @ 09:44:55
turut berduka cita ya mbak, semoga segala amal ibadahnya diteirma di sisi ALllah SWT
Mar 11, 2012 @ 11:13:53
Aminn ya Robbal Alamin..
terima kasih atas do’anya Mbak Lidya 🙂
Mar 11, 2012 @ 10:09:41
Ini bener2 kisah sedih dihari minggu yang aku baca pagi ini…semoga mas bibin amalnya diterima dan dilonggarkan kuburnya
Mar 11, 2012 @ 11:15:30
Maaf kalau membuat sedih Riez.
Terima kasih atas doa dan bantuannya selama ini ya..
terima kasih banyak 🙂
Mar 11, 2012 @ 11:25:28
semoga alm.mas bibin mendapat tempat yang tenang di sisi NYa ya mbak…
Salam kenal mbak hana
Mar 13, 2012 @ 08:19:21
Amin… Terima kasih Mbak 🙂
Mar 11, 2012 @ 11:43:20
speechless saya pit
tak tahu mau berkomentar apa 😦
saya tidak mengenal almarhum
tapi membaca tulisanmu, hatiku tersentuh
walau sudah berusaha, air mata tetap menetes satu satu
turut mengaminkan doamu,
dan semoga yang pernah mengenalnya tetap peduli pada anak dan istri yang ditinggalkannya;
tetap mendampingi mereka seolah-olah almarhum masih ada;
sungguh tidak mudah perjuangan seorang ibu membesarkan 3 anaknya seorang diri.
Mar 13, 2012 @ 08:29:26
Amin, makasih do’anya Ma. InsyaAllah Ma, aku akan menjaga silaturahmi pada istri dan ketiga jagoan kecilnya…
Mar 11, 2012 @ 11:48:49
The show must go on…hidup mati, datang dan pergi. Hukumnya sudah seperti itu. Kita hanya bisa mengirimi do’a untuk almarhum.
Mar 13, 2012 @ 08:38:02
Iya Om, semuanya harus tetap berjalan 🙂
Terima kasih Om…
Mar 11, 2012 @ 12:23:15
Kadang “orang2 yang baik” terlalu cepat dipanggil oleh Nya. Aku juga pernah merasakan hal itu, ditinggal oleh sahabat yang selalu berbagi senyum keceriaan padahal kemarinnya masih sehat bugar. Tapi inilah memang takdir Nya.
>Salam hangat serta jabat erat selalu dari Tabanan
Mar 13, 2012 @ 09:01:42
Saya juga berpikir begitu Mas. Kenapa orang2 baik dipanggil terlebih dulu ya? Menyakitkan memang Mas, kenyataan ini. Tapi ikhlas dan waktulah yang bisa mengobati semua ini. Terima kasih 🙂
Mar 11, 2012 @ 14:03:13
semoga segala amal nya di terima dan di berikan tempat terbaik di sisi allah.
kenangan nya haru banget
Mar 13, 2012 @ 09:06:10
Amin..terimakasih atas do’a doanya…
Mar 11, 2012 @ 15:07:10
semoga arwa beliau tenang di sana dan diampuni semua dosa selama hidup didunia…turut berbela sungkawa ya jeng.
tapi Insya Allah niat dan tekadnya tetap ada dihati teman2 dan org2 tercinta ya
Mar 13, 2012 @ 09:09:23
Hmm, Amin..Amin… makasih Mi 🙂
do’amu menguatkanku… 🙂
Mar 11, 2012 @ 15:53:04
Semoga kakaknya sudah tenang di sisiNya ya Mba, Aamiin
aku sedih bacanya 😥 kalau mendengar kisah ada keluarga yg meninggal pasti deh mau nangis 😦
Mar 13, 2012 @ 09:14:10
Amin..Amin.. terima kasih atas do’anya ya.. 🙂
Mar 11, 2012 @ 17:32:15
Turut berduka, mbak..
Semangatnya, semuanya kesan yg beliau tingalkan, pasti akan tetap hidup dalam hati org2 yg mencintainya..
Mar 13, 2012 @ 09:28:03
Semua kenangan tentang almarhum akan selalu terkenang oleh siapapun, terima kasih atas do’anya ya 🙂
Mar 11, 2012 @ 19:35:12
Innalillahi wa’ina ilaihi roji’un, semoga dimudahkan dalam segala urusan di alam kuburnya. Saya paham, tentu sangat sulit menulis kisah ini karena aliran emosi yang saya yakin perlu kehati-hatian dan keserasian antara yang tertuang dengan yang terpikirkan.
Mar 13, 2012 @ 09:45:11
Amin..terima kasih banyak do’anya Pak 🙂
Benar sekali, butuh waktu yng lama untuk menyelesaikan catatan ini..
heheheheh
Mar 11, 2012 @ 20:15:17
Kiranya hanya doa doa saja yang bisa dipanjatkan.
Semoga Almarhum diterima disisinya dan kita yang masih hidup bisa mengambil contoh kebaikan darinya.
Turut berduka cita.
Salam.. .
Mar 13, 2012 @ 09:46:20
Amin.. terima kasih banyak Bang Mood 🙂
Mar 11, 2012 @ 20:28:12
Prit, aku numpang berkisah di sini ya..
Mas Bibin | Bintariadi..
Mas Bibin bukan hanya seorang jurnalis Tempo yang pro kelestarian alam, kegiatannya berjajar seperti gerbong kereta api. Yang aku tahu, Mas Bibin juga salah satu penasehat Pro Fauna. Pernah merintis tabloid musik di Jakarta (di saat yang lain enggan untuk memulai). Pernah menjadi manager Naff, dan entah apa lagi.
Suatu hari Mas Bibin bertanya padaku, benarkah sekarang aku bergerak di bidang musik dan mengusung tema lingkungan? Aku mengangguk, dan Mas Bibin tersenyum. Di hari yang lain (saat l;aunching album perdana Tamasya Band) Mas Bibin membuatkan Tamasya Press release yang panjang dan lengkap. Ah, Mas Bibin, di sela kesibukanmu, kau masih menyisakan ruang buatku, Yuniormu di Pencinta Alam SWAPENKA.
Aku tahu Prit, aku tahu kisah di balik truk yang mogok itu. Ya ya ya, sulit terlupakan. Hari itu juga di tempat yang berbeda, aku sedang sibuk mempersiapkan launching album ketiga TAMASYA yang ternyata dibuat sedikit lebih meriah dari dua launching sebelumnya.
Jam empat sore, aku masih belum mempersiapkan apa apa. Apa baju yang harus aku pakai nanti, warna apa yang harus aku pilih untuk pakaian bawahnya, dan lain lain. Aku terlalu yakin kau akan datang. Satu jam kemudian, tahulah aku bahwa kau tak mungkin datang tepat waktu.
Kepada Qiqie dan Retno (dua adik kita di SWAPENKA) kuutarakan kebingunganku. Mereka segera beraksi, memilah milah dan memilih baju untuk aku pakai di acara yang kurang beberapa saat lagi.
Acara Launching album 3 tamasya pun dimulai. Pembukaan, tari tarian, band band dari kawan kawan, dan akhirnya aku melangkah ke atas pentas (yang dibuat secara gotong royong). Kabar buruknya, kau masih belum juga datang.
Lagu pertama telah aku nyanyikan, kau tidak ada. Lagu kedua, ketiga, keempat hingga selesai, tak kudapati wajahmu diantara wajah wajah yang lain. Ah, andai kau tahu, betapa sulitnya bernyanyi di acara sendiri tanpa kau di dekatku. Sangat sulit.
Saat panggung mulai dibongkar, sound sistem mulai diturunkan, anak anak mulai kerja bakti (ada juga yang menemani sambil menyeruput kopi), saat itulah kau datang dengan wajah lusuh. Kau lari ke arahku, menangis.
Sebelum aku sempat berkata kata, ada panggilan masuk di ponsel jadulku. Ternyata Mas Bibin. Aku mengangkatnya. Coba tebak, apa yang Mas Bibin katakan? Dia meminta maaf padaku atas keterlambatanmu. Padahal jelas jelas bukan Mas Bibin yang salah, dan bukan siapa siapa. Bahkan kondisi truk pun manalah mungkin aku jadikan kambing hitam. Semua adalah kehendak Nya.
Di dunia Pencinta Alam, jarang ada adegan Senior meminta maaf pada Yunior. Setidaknya itu adalah pendapat umum. Tapi Mas Bibin berbeda, sungguh sungguh berbeda. Terima kasih Mas, matur sembah nuwun. Kau mengajarkan banyak hal.
Salam Lestari Senior..!
Mar 13, 2012 @ 09:50:51
Aku sangat mengingat sa’at itu Mas,hehehe
ah, rasanya baru kemaren aku ngopi dan menangis karena Mas Bibin
ternyata sekarang almarhum sudah ada di dunia yang berbeda dengan kita ya Mas.. 🙂 Semoga dimudahkan segala jalan beliau ya Mas 🙂
Ayo, kapan kita ke Malang? Menjenguk Mbak Andian?
Mar 11, 2012 @ 21:02:04
turut berduka cita ya Priit.
Tuhan sayang dia ya Prit karena membebaskannya dari rasa sakit..
semoga segala amal ibadahnya di terima dan yang ditinggalkan tetap tabah dan kuat..
dan kamu pasti akan meneruskan perjuangannya, ya kan?
semangat ya Prit 🙂
Mar 13, 2012 @ 09:53:31
terima kasih banyak Mbak..
Iya, saya yakin Tuhan sayang padanya
sehingga mengambilnya begitu cepat untuk membebaskannya dari rasa sakit..
subhanallah…
Mar 12, 2012 @ 04:22:16
salut..atas apa yang ia perjuangkan…
moga amal ibadah beliau diterima disisi-Nya..amin
Mar 13, 2012 @ 09:57:05
Aminn, terima kasih atas do’anya.. 🙂
Mar 12, 2012 @ 09:38:20
sedihh 😦
masa2 indah.. semua dituliskan disini.. saya paling sedih kalo saudara meninggal.. selalu bersama, tp kini telah tiada. yang tabah ya mbak.
Innalillahi wa’inna ilaihi raji’un
Mar 13, 2012 @ 09:58:32
Iya Mbak, bener banget..
sedih dan kehilangan.. tapi inilah jalan yang terbaik untuk almarhum
terima kasih ya Mbak atas do’anya 🙂
Mar 12, 2012 @ 10:17:11
Prit…
turut berduka cita atas kepergian Mas Bibin ya..
Dan semoga beliau mendapat tempat yang terindah di sisi-Nya
Dan semoga amal ibadahnya dapat diterima..
Mar 13, 2012 @ 09:59:21
Aminnn, terima kasih Bi..
Mar 12, 2012 @ 10:22:38
semoga segala amal ibadah diterima di sisinya.
Segala sesuatu yang menyesakkan, akan terasa plong dengan kepasrahan kepadaNya
Mar 13, 2012 @ 10:00:20
Iya mas, sekarang aku sudah ikhlas… 🙂
Terima kasih atas do’anya 🙂
Mar 12, 2012 @ 10:41:52
Mbak… walau aku tak kenal Almarhum, aku trenyuh dan tersentuh sekali membaca tulisan mbak di atas. Apalagi ditambah komentar dari Mas Hakim diatas…
Insya Allah beliau mendapatkan tempat terindah disisiNYA mbak.. dia orang baik dan pasti banyak yg mendoakannya.
Mar 13, 2012 @ 10:01:26
terima kasih Mbak Reni atas do’a dan semangatnya.. 🙂 Semoga dimudahkan semuanya ya Mbak 🙂
Mar 12, 2012 @ 11:34:20
Membaca surat ini membuat saya teringat pada orang-orang terdekat yang telah berpulang. Yang hingga kini saya yakin bahwa mereka tidak sebenarnya pergi, hanya berpisah di sebuah simpang jalan.. untuk suatu ketika bertemu kembali dengan kita, insyaAllah, di kehidupan abadi.
Innalillaahi wa inna ilaihi raji’un..
Saya turut berbela sungkawa atas berpulangnya Mas Bibin, Prit..
Semoga Allah SWT menerima segala amalnya, melapangkan kuburnya, memberikan ia tempat terbaik di sisi-Nya. Aamiin
Mar 13, 2012 @ 10:04:10
Iya Mbak, benar sekali. Almarhum tidak benar benar meninggalkan kita. Kita hanya berpisah sementara waktu. Suatu sa’at kita akan bertemu lagi :). Terima kasih atas do’anya Mbak 🙂
Mar 12, 2012 @ 12:29:59
😥 kehilangan seseorang yang begitu dekat emang menyakitkan… yang sabar dan kuat ya mba #pelukk
semoga amal ibadah almarhum diterima disisiNYA…
Mar 13, 2012 @ 10:07:41
Terima kasih atas pelukannya Nay, sungguh menghangatkan 🙂
Mar 12, 2012 @ 12:42:03
Kanker otak …
Lagi2 kanker …
Penyakit yang mengerikan.
Tapi apa daya jika takdir sudah berbicara.
Semoga alm beroleh tempat yang indah di sana. Aamiin.
Mar 13, 2012 @ 10:09:50
Amin ya Robbal Alamin.. Makasih doanya Mbakkk ….
Mar 12, 2012 @ 12:42:38
ikutan menangis baca postingan ini…pasti sedih sekali yach ditinggal sahabat sekaligus guru….smoga Mas Binbin diberikan tempat terbaik disisiNYA….aamiin
Smoga anak dan istrinya bisa tetap meneruskan hidup ini dgn kehidupan yg lebih baik…..
Mar 13, 2012 @ 10:35:14
Aminnnn..
terima kasih do’anya ya Mbak 🙂
Mar 12, 2012 @ 14:36:04
Dia telah tiada dalam raga tapi dia akan selalu ada dalam jiwa.
Selamat jalan buat sobat mba Prit.
Mar 13, 2012 @ 10:36:16
Itu pasti…
terima kasih ya 🙂
Mar 12, 2012 @ 17:34:36
Semoga Mas Bibin diberikan jalan terang. Dan keluarga selalu dalam penjagaan-Nya. Amiin.
Mar 13, 2012 @ 10:37:22
Aminnn ya Rabb, terima kasih atas do’anya ya 🙂
Mar 12, 2012 @ 19:36:00
turut berduka mbak.. yang tabah ya? semua memang akan kembali padaNya.
Innalillahi wa inna ilaihi rojiun
Mar 13, 2012 @ 10:38:41
Terima kasih banyak… atas do’a yang menguatkan…
Mar 12, 2012 @ 22:44:00
turut berduka… baca dua tulisan dirimu dan mas bro.. ia adalah bukan orang sembarangan.. semoga ia diterima disisiNya..
Mar 13, 2012 @ 10:41:33
Sosoknya memang luar biasa.. hehehe..
Aminnn, terima kasih atas do’anya ya 🙂
Mar 12, 2012 @ 23:53:18
moga diterim disisihNya ya. . . 🙂
Mar 13, 2012 @ 10:49:23
Aminnnn..terima kasih ya 🙂
Mar 13, 2012 @ 10:14:52
Ah turut berduka cita…. Semoga amal ibadah alm diterima oleh Nya ….
Mar 13, 2012 @ 10:51:00
Terima kasih banyak Mbak 🙂
Mar 13, 2012 @ 12:37:31
Hanna,
Saya ingin menulis panjang untuk mengenang Mas Bibin seperti dirimu. Tapi tidak pernah bisa. Ketika baru memulai kata, air mataku selalu tumpah, dadaku sesak tak tertahankan.
Terlalu banyak kenangan yang harus saya ingat satu persatu. Dia adalah sahabat, kakak, guru dan lelaki. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk tidak menulis. Barangkali dengan menjadi rahasia, adalah yang terbaik untuk semua……
Mar 20, 2012 @ 14:11:20
Saya turut mendoakan, semoga amal ibadah Mas Bibin diterima Allah SWT… 😥