Kita semua tau tahun tak kan pernah berulang. Kita tidak akan pernah tau kapan matahari berhenti terbit. Maka setiap detik yang berlalu akan sia sia andai kita hanya diam menunggu akhir waktu. Barokallah Fi Millad Budhe Ipung. Semoga semakin bijak menggunakan waktu, semakin tepat menyimpan kenangan, dan semoga selamanya indah…

Kubaca lagi kalimat itu berulang ulang. Kupastikan semuanya benar benar sempurna sebelum kutekan tombol ok untuk mengirimkannya pada Pak Dhe. Sebuah sms yang khusus kutuliskan untuk Budhe, namun aku mengirimkannya lewat perantara Pak dhe.

Hari ini memang bukan hari lahir beliau, tapi hari lahir seorang perempuan yang setia mendampingi Pak Dhe. Hari lahir seorang ibu dari anak anak beliu. Hari yang sangat istimewa untuk mengenang masa pertama kali ada. Semoga puisi ini bisa menemani hari istimewa Budhe.

Aku mengenalnya sekitar 3 bulan yang lalu. Beliau datang dan mendampingiku menuju sebuah prosesi yang sangat berarti dalam hidup ini. Ya, PakDhe dan Budhe Ipung-lah yang menemani dan duduk di samping kami sa’at itu. Bahagia sekaligus terharu. Tak kan bisa terlupakan sepanjang hidup ini.

Pak Dhe dan Budhe Ipung di Pernikahan Kami

Pak Dhe dan Budhe Ipung di Pernikahan Kami

Seandainya aku punya sayap, aku akan segera terbang kesana. Memeluk tubuh yang anggun itu. Menyesapi semua senyum dan ketulusannya. Menemani hari indah beliau. Tapi sayang seribu kali sayang, karena waktu dan ruang yang terbatas aku tak bisa melakukannya. Namun do’aku tak pernah terbatas. Semoga bahagia selalu menyertai hari harimu Budhe Ipung..

Dan sekarang, aku benar benar yakin untuk mengirimkannya. Ya, mengirimkan puisi yang telah kusiapkan untuk Budhe Ipung…

*****

Artikel ini dikutsertakan dalam Kontes Menulis Cerita Mini