Sa’at itu, senja temaram menaungiku. Indah sekali, suasana sore di rel kereta api belakang rumah. Mendung menggelayut tebal saat aku duduk disana. Suasana ini menghanyutkanku, sama halnya dengan kumpulan puisi Gerhana Coklat buah karya Mbak Julie beserta cangkir hitam berisi kopi bertuliskan Gerhana Coklat di permukaannya. Sama sama menghanyutkan, ketika membawa mereka menikmati sore yang eksotik.

– – –

Mereka kubawa duduk di tengah tengah rel kereta api. Menikmati eksotisme senja yang luar biasa. Aroma kopi yang kuat menguap dari dalam cangkir yang duduk manis di sebelahku. Yang selalu setia menemani di penghujung senja ini. Angin pun ingin menikmatinya, dengan gerak yang ganas mengundang tumpahnya air ke bumi. Bulir bulir gerimis mulai menjatuhkan diri. Perciknya menyatu dengan kopi yang ada dalam cangkir mungil itu. Sepertinya mereka berebut mendampingi cita rasa kopi racikanku. Dan aku masih terhanyut oleh aroma tanah basah, puisi, dan ritme gesekan daun bambu. Hmm…

– – –

Masih dengan gerimis kecil dan cangkir kopi gerhana coklat yang bertengger manis pada bilahan besi rel kereta api. Menikmatinya, meleburkannya terhanyut bersama angin yang mulai menderu…

– – –

Hujan mulai turun, aku belum beranjak dan cangkir itu masih ada disana menemaniku. Berdiri anggun diatas bongkahan batu. Menerima hempasan angin yang semakin tak bersahabat. Kau semakin terlihat nyata diantara bayanganku yang semakin enggan dan kabur…

– – –

Air dan angin menghempaskan kita hingga ke sudut kamar. Dingin dan culasnya membuat kita menggigil memeluk mimpi. Aku masih terhanyut, dan kau masih nyata selalu ada di sekitarku. Kali ini kau menemaniku, duduk manis di depanku menghiasi ruang kamar yang terlalu dingin. Mari kita nikmati saja suasana ini. Menikmati hujan dari balik jendela kamar dan masih hanyut dengan puisi puisi itu…

– – –

Jangan bertanya apa kabarnya hujan di luar sana… Dia masih baik baik saja dan berjalan sesuai dengan kodratnya. Kita menikmati ritmenya dari sini, pojok ruangan yang lembab. Yakinlah bahwa menikmati sesuatu itu tidak harus secara langsung. Adakalanya kita membutuhkan sentuhan sudut pandang yang berbeda untuk membuatnya lebih manis. Aku masih terhanyut, semakin kabur dan jengah. Dan cangkir gerhana coklat itu semakin terlihat nyata berdiri dengan setianya di depanku. Setelah kusadari, dia selalu ada di sekitarku. Menikmati hujan di tepian rel kereta api belakang rumah hingga di pojok ruangan kamar yang lembab.

*****

Cerita Foto Ini Diikutsertakan Dalam Gerhana Coklat Photo Contest

Catatan

Tukang Potret : Bang Faisal Korep
Artistik dan Pengarah Gaya : Prit Apikecil

Model : Prit Apikecil
Lokasi : Tepian Rel Kereta Api dan Panaongan – Kabupaten Jember