Hari itu, kalender tertanggal 15 bulan sebelas 2011. Ya, itu adalah hari paling bersejarah bagiku. Aku akan menikah, disunting oleh seorang pangeran pembawa pena,hehe. Sejak pagi rumahku sudah ramai, ada saudara yang membantu memasak dan menyiapkan semuanya. Acara kami sebenarnya sangat sederhana, tapi karena ini momen yang penting, semua keluarga ingin membantu dan merasakannya. Pagi sekitar jam 07.00 WIB ada 4 orang kawan dari jember yang datang. Sekitar pukul 11.00 dua orang kawan dari Surabaya menyusul naik motor. Ya, semua itu mereka lakukan untuk turut serta merasakan kebahagiaan kami.

Waktu menunjukan pukul 14.30 WIB, sms dari calon suamiku mengabarkan bahwa rombongan pengantin laki-laki sudah hampir sampai menuju lokasi. Rumahku langsung riuh oleh berbagai macam persiapan. Ruangan dibersihkan, aneka macam penganan dan kue kue ditata rapi untuk menyambut rombongan pengantin pria. Waktu terus berjalan mendekati pukul 15.00, orang orang mulai resah. Dalam benak mereka hanya ada satu kata, “koq rombongan penganten pria belum datang ya?”. Keriuhan orang orang tentu saja sangat mempengaruhiku. Aku mulai tak fokus. Resah dan resah. Rupanya Bob (sebutan untuk ayahku) tau aku mulai gelisah, dan akhirnya rasa itu merambat pula padanya. Sebentar-bentar Bob melongok ke jalan raya, sebentar bentar masuk ke rumah, melongok ke hp entah berapa puluh kali. Keresahan itu meliputi sekelilingku. Tapi itu tak berlangsung lama, kami semua menghela nafas lega setelah melihat mobil rombongan pengantin merapat di depan rumah.

Aku melihat atmosfer berubah, dari resah akhirnya mengendap menjadi suka cita. Satu persatu rombongan pengantin turun dan bersalaman dengan keluarga kami. Sa’at itu aku tak begitu memperhatikan secara detail semua ekspresi yang hadir dan turut merasakan kebahagiaan kami. Tapi begitu aku melihat hasil-hasil foto temanku pas menyambut rombongan pengantin tiba, aku menemukan sesuatu yang sangat menyentuh. Aku sangat terharu melihatnya. Dalam foto tersebut, terekam jelas bagaimana Bob berpelukan erat dengan Ayah Mertuaku. Aku sangat terharu melihat ekspresi yang muncul dalam foto itu.

Banyak momen istimewa yang terekam jelas dalam selembar foto. Selepas ijab qabul, sa’at bapak penghulu membacakan do’a, lagi-lagi aku berhasil menangkap rekaman suasana yg begitu dramatis tergambar jelas dalam selembar potret. Rasanya ada yg tercekat dalam kerongkonganku ketika aku melihat foto tersebut. Ayah mertuaku berdo’a untuk kami… Berdo’a untuk kebahagiaan kami…


-Bob yang berpelukan dengan Ayah Mertua dan Potret Ayah Mertuaku yang sedang berdo’a untuk kami-

Akad nikah dilaksanakan pada pukul 19.30, namun sebelumnya hujan deras mengguyur. Ditambah angin kencang, hingga membuat hatiku semakin gelisah. Bob gelisah. Semua orang gelisah. Ibuk ibuk di dapur juga gelisah. Kegelisahan itu membuahkan sebuah pertanyaan yg ditujukan untukku. “Wah, koq hujan ya. Mbaknya mandi ya? Biasanya kalau pengantinnya mandi, pasti hujan deres”, hampir semua orang mengatakan itu padaku. Namun semua pasti indah pada akhirnya. Tepat 10 menit sebelum akad nikah, hujanpun berhenti. Setelah semuanya lengkap, prosesi ijab qabul pun dimulai. Semuanya berjalan lancar dan syahdu di suasana yang sangat sederhana. Setelah suara SAH berkumandang, bait bait do’a teruntai untuk kebahagiaan kami.Ya, semuanya tercurah untuk kami. Semoga hujan yang turun dengan derasnya merupakan penggambaran atas curahan do’a do’a untuk kebahagiaan kami.

-Membubuhkan tanda tangan-

-Proses ijab qabul dan berfoto sambil menunjukkan surat nikah : RESMI:)-

Sebenarnya, ada hal lain yang membuatΒ  deg degan selai prosesi ijab qabul. Kabar kedatangan Pak Dhe Cholik dan Bu Dhe Ipung juga tak kalah semaraknya. jauh jauh hari sebelum hari H, kami sudah ndredeg nggak karuan. Membayangkan, dan mengira-ngira. Nanti Pak Dhe gimana ya? Wajah aslinya Pak Dhe seperti apa ya? Apa seganteng fotonya? dan banyak lagi pertanyaan berkecamuk. Namun, setelah face to face dan jumpa langsung kita langsung shock. Meskipun ada kemiripan sih, dengan sosok Pak Dhe di dunia maya dan di dunia nyata. Sama-sama ngocol, hehehe.. Tapi kalau dari wajah, ternyata lebih keren.. Begitu pula sosok Bu Dhe Ipung, keibuan namun dengan gaya humoris yang dibalut dengan manisnya.

Ini adalah sebuah rasa yang paling hebat. Sungguh membahagiakan bagi kami. Kedatangan Pak Dhe dan Budhe meninggalkan kesan yang begitu mendalam bagi kami. Ini adalah kopdar yang indah dan manis. Semoga kesan ini selalu kita simpan dengan manis ya Dhe.. Semoga setelah ini, kami bisa terus bersilaturahmi, saling mendo’akan dan juga saling membahagiakan.. Ah, sulit sekali mengungkapkannya lewat kata kata. Sepertinya, tak cukup bila dituliskan di sini. Hehe..

-Kesan manis dalam pernikahan kami-

Ingin rasanya berbagi kebahagiaan dengan saudara saudara blogger dimanapun berada. Semoga lembaran potret potret ini mampu menciptkan kesan bahagia untuk kita semua. Terima kasih atas untaian do’a yang tulus, serta cinta yang selalu tercurah untuk kami. Sekali lagi terima kasih banyak, telah menjadi bagian dalam hidup kami.. Sebagai penutup, selamat menikmati potret the gondrongs yang telah kami siapkan untuk anda semua…

-Dari kiri ke kanan. Bob (memakai baju hitam), Ms Frans (memakai baju batik), Suamiku, Aku, Dek Iip, Ayah Mertua (Bapaknya Masbro), ms Kernet (jongkok memakai baju putih) dan Mas Opik (jongkok memakai baju kotak kotak)-

*****

kebahagiaan itu bukan soal seberapa banyak yang kita punya, tapi seberapa sempurna cinta kita terhadap apa yang kita punya.