Permainan, semasa kecil merupakan hal yang selalu indah untuk dikenang. Rasanya, tak pernah lelah bila harus bermain dan bermain. Ada salah satu permainan unik yang sering kita mainkan semasa kecil dulu. Kalau di kampung halamanku (Tuban – jawa timur) dinamakan mainan cing ciripit. Kemungkinan, permainan ini ada juga di daerah lain, namun tidak menutup kemungkinan dengan nama yang berbeda.

Untuk memainkan cing ciripit dibutuhkan lebih dari tiga orang orang anak. Sebelum permainan dimulai kami melakukan kesepakatan dengan jari. Salah seorang pemain menengadahkan telapak tangannya. Kemudian yang lainnya meletakkan jari telunjuknya pada telapak tangan yang terbuka tadi. Kemudian kami berteriak “cing ciripit kuda lari kecepit”, pada teriakan ‘kecepit’ pemain yang menengadahkan tangannya tadi kemudian menggenggam. apabila ada salah satu jari telunjuk yang ikut tergenggam maka dialah yang kalah dan menjadi pengejarnya. Pemain yang lainnya segera menghampur menghindari kejaran. Apabila si pengejar mendapatkan mangsa, maka untuk selanjutnya yang tertangkap itu tadi berbalik menjadi pengejar. Begitupun seterusnya. Kami begitu ceria memainkannya.

Cing ciripit merupakan permainan sekaligus olahraga yang seru. Dibutuhkan energi ekstra untuk memainkannya. Semakin banyak yang ikut, akan semakin seru permainannya. Kebayang dong, sorak sorai anak-anak saling berkejaran. Kami memainkannya hampir setiap bel istirahat sekolah. Berkejaran di halaman sekolah sambil berteriak gembira. Ah, masa-masa bocah memang masa yang tak pernah mengenal lelah. Begitu bel istirahat usai, kami kembali mengikuti pelajaran selanjutnya dengan peluh yang berceceran, dengan wajah ceria serta dibarengi dengan nafas yang terengah-engah. Kami begitu menikmati semua itu. Kadangkala, ada rindu terbersit ketika liburan sekolah tiba. Kami kangen mainan cing ciripit. Kangen halaman sekolah. Kangen omelan ibu yang selalu mengeluhkan pakaian kami yang setiap hari selalu berbau apek keringat.

Tak kan pernah habis waktu untuk mengenang semua itu. Masa terus berganti dan kita berubah di dalamnya. Tapi satu yang tak pernah kita duga. Mainan cing ciripit sudah begitu mengkristal di hati kami. Bahkan sampai sa’at inipun, kami begitu merindukan untuk memainkannya. Berlari, tertawa bersama, berkejaran, terjatuh, kemudian tertawa lagi. Sa’at ini, adakah yang masih memainkan permainan cing ciripit?

“Artikel ini diikutsertakan pada Mainan Bocah Contest di Surau Inyiak”