Ketika rencana kita meleset di luar perkiraan? Apa yang kita rasakan? Apa yang harus  kita lakukan untuk memperbaikinya? Apa yang akan kita lakukan untuk menjelaskan pada orang lain?

Secara sadar atau tidak, hidup memang terdiri atas rencana dan banyak prediksi. “Kita hanya bisa merencanakan, tapi keputusan akhirnya ada di tangan Tuhan”. Tak ada sesuatu yang pasti di dunia ini, semuanya hanya perencanaan-perencanaan yang mendekati kepastian. Tak ada yang benar-benar pasti selain suratan yang telah ditakdirkan oleh-Nya.

Seperti rangkaian puzzle, jika ada satu potong saja yang hilang maka keseluruhan rangkaian itu tak lengkap. Dan tentu saja tak bisa disebut sebagai puzzle. jika dianalogikan, hidup ini adalah sebentuk rangkaian puzzle. Terdiri dari potongan-potongan  yang saling melengkapi satu sama lain. Namun, semuanya tergantung pada pembuat puzzle. Yang mengatur dan membuat puzzle itu sempurna…

Secara matematis, rencana yang kita susun 99% berjalan sempurna dan lancar. Namun, kita melupakan bahwa ada 1% persen kemungkinan yang mampu membalik semua kenyataan. Ketika semua itu terjadi, emosilah yang menguasai otak dan pikiran kita. Marah, kecewa, menyesal seperti gulali rasa yang diaduk menjadi satu. Emosi yang membola salju. Sa’at itu kita melupakan semuanya. Melupakan bahwa kita hanya menjalankan rencana agar potongan puzzle itu terangkai dengan baik dan mendekati sempurna. Ingat, kita bukanlah pembuat puzzle. Kita hanya merangkainya untuk mendekati bentuk seperti yang diinginkan oleh pembuat puzzle. Kita melupakan semua itu…