“Aku lupa bertanya tentang kabar dan lupa cara mengabarkannya…”

Aku menuliskan kalimat tersebut pada salah satu media jejaring sosial. Heran dan bingung. Sampai detik ini pun aku belum tau kenapa aku menuliskannya. Tapi aku yakin, tak ada yang kebetulan di bumi ini. Panas, hujan, badai, pelangi, tumbuh, mati, lahir, semuanya tak ada yg kebetulan.

***

Aku berjalan di bawah rerimbunan daun, pagi masih indah dan angin semilir menerpa kepang rambutku. Aku melihat sosokmu dari kejauhan. Tapi ada yang aneh. Kota ini tak pernah aku kunjungi sebelumnya, tapi kenapa aku merasa sudah lama mengenalmu. Sa’at itulah aku yakin, kau adalah bagian hidupku. Boleh percaya atau tidak, tapi inilah kenyataannya. Kenyataan yang tak dapat kita pungkiri (lagi) adalah : bahwa kenangan-kenangan dalam hidup kita merupakan rantai yang selalu berkaitan satu sama lain. Itu adalah pelangi yang indah, banyak warna di dalamnya.

“Apakah kau tak ingin bertanya padaku? Apakah aku tetap (ber)kabar? Apakah yang ingin ku kabarkan padamu (kabar)?”

***

(Kabar), ternyata aku tak perlu menjawab semuanya. Bintang-bintang malam tlah mewartakan semuanya padaku. Tentang nyanyian-nyanyian kecil penuh do’a. Dan tentang goresan-goresan rasa yang tak pernah berhenti kau lukiskan pada langitku.

***

(Kabar), malam ini ingin ku kabarkan padamu. Bahwa warta yang kau tuliskan telah sampai tepat di hatiku. Aku bahagia menerimanya. Sekarang aku tak lagi lupa bertanya tentang kabar dan cara mengabarkannya. Terima kasih (Kabar)…