Surat untuk sahabat...

Surat untuk sahabat...

Ini adalah surat untuk seorang sahabat…

Apa yang sedang terjadi antara kita sekarang? Semua terlihat biasa-biasa. Tak ada lagi hal – hal bodoh, gila, dan hal-hal ajaib yang pernah kita lakukan. Tak ada lagi hal-hal luar biasa. Semuanya datar dan tak berekspresi. Semuanya penuh dengan kecurigaan dan saling menjatuhkan ( tanpa sadar kita memang seperti itu ). Ah, entahlah. Yang jelas aku begitu risau dengan hal ini. Hal yang membuat kita jauh, padahal tak ada jarak antara kita. Kita tidak sedang membangun hubungan long distance. Kita ada di kota yang sama, bahkan di kotak yang sama. Kenapa kita terasa begitu jauh?

Kita kehilangan hal-hal yang romantis. Bercerita sambil mendengarkan radio, jalan-jalan berdua, atau hanya sekedar bertanya “sudah minum obat belum?”, dan saling mengeluh tentang hari – hari kita. Aku khawatir ini akan terjadi lama dan mempengaruhi kualitas persahabatan kita. Dan itu akan sangat menyedihkan. Semuanya terjadi begitu saja tanpa kita menyadarinya. Ini adalah hal yang absurd bagiku, sulit sekali mendeskripsikan kronologinya hingga jadi seperti ini.

Ada yang bilang ini masalah komunikasi. Tapi, aku memilih untuk tak membicarakannya lebih jauh. Karena kupikir itu akan semakin membuat kita jauh. Biarkan ini berjalan apa adanya. Biar mengalir seperti air. Toh kita sama-sama yakin bahwa kita pasti memperbaiki semuanya. Kembali seperti semula, penuh keajaiban-keajaiban.

Hidup tak selamanya penuh dengan kecocokan. Adakalanya kita dihadapkan pada situsi yang seperti ini. Itu berarti ada yang salah dengan kita. Ada yang salah, dan harus kita perbaiki. Tak cocok bukan berarti tak bisa diperbaiki kan? Bukankah segala macam kecocokan itu berawal dari sesuatu yang tidak cocok? Melalui proses saling memahami, melihat, dan menjalani hingga akhirnya muncul kecocokan. Kalau ada yang tidak cocok, bagaimana kita memperbaikinya sampai kita merasa benar-benar cocok lagi. Bukankah begitu?

Kalaupun kita tak bisa memperbaikinya dalam waktu yang bersamaan, biarlah kita perbaiki sendiri-sendiri. Aku yakin, hanya kita yang tau, apa yang terbaik untuk persahabatan kita. Ya, hanya kita yang tau.

“Adakalanya kita harus ikhlas menerima kenyataan bahwa hidup kadang memang tak sesuai dengan harapan. Kita juga tak bisa berharap bahwa hidup harus selalu sempurna, ada sa’at-sa’at tertentu yang mengharuskan kita untuk menerima kenyataan – kenyataan di luar rencana kita yang indah…”

“Persahabatan bukanlah untuk mencari sesuatu yang cocok, melainkan saling melengkapi hal-hal yang tak cocok antara kita. Saling mengisi rindu dan kekosongan. Saling berharap dan mengharapkan. Saling berbagi dan membagi. Saling menangis dan menangisi. Kadang ada rindu, bahkan ada juga luka…”

Sa’atnya kita memperbaiki semuanya dan menjadikannya lebih indah. Karena kita sama-sama tahu bahwa sa’at ini kita sedang menyimpan rindu. Sama-sama rindu, sama-sama merindukan…