Segaris siluet di atas rerumputan...

Segaris siluet di atas rerumputan...

Segaris siluet di atas rerumputan lusuh…

mengais rindu dan harap pada senja yang melambai turun

angin bertiup semarak, wartakan derita – derita berkepanjangan

air-air keruh yang resah …

udara  panas yang mendesah …

pohon – pohon bisu yang telah menjelaga …

anak – anak Adam yang sudah kehabisan air matanya …

anak-anak Adam yang mulai kehilangan mimpi dan harapan …

Ini bukan sekedar dunia dalam berita,

sekali tayang kemudian tak berarti …

Ini bukan sekedar headline sensasional,

hanya untuk pemenuhan omset penjualan …

Ini bukan sekedar hari pahlawan,

yang dikenang dan (selalu) diupacarakan …

Kusambut  warta-Mu dengan sebaris do’a

Berikan jalan yang terbaik untuk semuanya, semoga segalanya berjalan indah pada sa’atnya nanti

Rindu ini  sengaja kubungkus untukmu

Do’a ini sengaja kuuntai untukmu

dan …

selembar potret ini, sengaja kubingkai untuk mewarnai harimu yang panas dan menjelaga

Untukmu, segaris siluet di atas rerumputan lusuh …

Semoga berkenan…

Semoga selamanya indah …