Hujan merupakan bagian dari kehidupan. Seperti halnya cerita cinta yang selalu mengguyuri pori-pori perasaan manusia, uhuii… Bukan hanya sekedar air yang tercurah. Kalau kita bayangkan tak sesederhana itu prosesnya. Berawal dari angin yang menggoda awan hingga marah, kemudian awan menangis dan turunlah titik air bening yang namanya hujan. Dari proses yang kita anggap sangat sederhana, ternyata melalui proses yang tak biasa ya!
Apa seperti itu ya, gambaran sebuah perasaan dalam kehidupan manusia?Karena, seperti halnya hujan, perasaan manusia tak pernah bisa ditebak. Kadang mendung, kadang cerah, bahkan kadang hujan. Hal yang tak bisa kita prediksikan dalam prakiraan cuaca ( dulu selalu ada di akhir acara “dunia dalam berita-TVRI” ). Berarti, dapat kita tarik kesimpulan bahwa ada kemungkinan, hujan dan perasaan manusia itu saling berkaitan dan bercengkrama.
Sayang sekali rasanya kalau ada orang yang selalu mengumpat ketika hujan turun, mungkin alasan “mereka” sudah bisa ditebak, hujan turun pada saat yang tidak tepat bagi mereka. Padahal, kalau kita pikir-pikir hujan selalu turun pada saat yang tepat dan pada sa’at dibutuhkan. Sa’at yang panas, kering dan kerontang. Sa’at jiwa-jiwa kita haus dan butuh guyuran. Sa’at hewan-hewan butuh minum dan tak ada air lagi. Sa’at kita tak sempat menyirami kebun kita, karena repot dengan urusan pekerjaan. Dan sa’at yang tak kita duga sebelumnya bahwa kehadiran hujan sangat kita harapkan. Kalaupun kita merasa tak mengharapkannya, di belahan dunia yang lain ada yang sangat mengharapkannya.
Mari kita belajar untuk menghargai apa yang diputuskan oleh Tuhan, karena pasti itu yang terbaik bagi kita. Mungkin jika kita selalu menghujat apa yang telah Dia putuskan, Dia akan marah, maka sudah bisa dipastikan lagi, hujan yang awalnya sangat kita butuhkan dan rindukan malah berbalik menjadi bencana bagi kita ( ini hanya sebuah kemungkinan saja ). Setidaknya, bencana memberi pelajaran bagi kita untuk belajar ikhlas dengan segala keputusanNya.
Jika kita sudah berusaha untuk ikhlas, bukankah sangat mungkin kita bisa berkawan dengan cuaca dan kondisi apapun. Akan sangat mungkin untuk kita survive dalam era dunia yang bermacam-macam. Mari sama-sama kita coba, saat hujan turun, sambutlah dengan senyum keikhlasan dan dengan sayap terbuka, kemudian menarilah bersama hujan. Bersahabatlah dengan hujan, karena bagaimanapun juga, kita sangat membutuhkannya.
Sadarkah kita, bahwa hujan juga mampu menciptakan suasana yang romantis. Kalau nggak percaya, cobalah berciuman di kala hujan, pasti rasanya akan sangat istimewa dibandingkan saat-saat biasa lainnya. Kalau pada suasana yang lain tanpa kesan,mungkin. Tapi dalam hujan, kondisi dan suasana apapun selalu menghadirkan romansa yang tak biasa dalam kehidupan kita.
Selamat menikmati hujan hari ini…
Sep 29, 2010 @ 08:19:11
Sama, saya juga sedang merindukan hujan “yang seperti itu..’
Okt 15, 2010 @ 21:01:12
Ayo nulis lagiiii…
Okt 24, 2010 @ 08:20:53
Hehehehe,,ternyata kita sama-sama merindukan hujan yg seperti itu ya mas,,
salam hangat, terima kasih sudah mampir..
Okt 06, 2010 @ 16:44:24
Salam,
Saat ini saya mungkin sedang tidak merindukan hujan. karena porsinya sudah berlebihan. pakaian kotorku belum kering 😦
Okt 24, 2010 @ 15:08:06
Hehehe,,ternyata pakaian Om Aldy banyak yg belum kering..
Cling..Cling… Hujan jangan turun dulu, sampai pakaian om Aldy kering,,
Makasih om sudah mampir..
Salam Hangat,,
Okt 20, 2010 @ 11:32:59
orang lain sedang RINDU HUJAN,
tapi saya sedang HUJAN RINDU 😀
Okt 24, 2010 @ 15:07:35
Wah..Wah.. mas Fir’aun sedang dilanda virus rindu nih ye… Hahahaha
Btw,,hujan dan rindu ternyata bisa kita hubung-hubungkan loh mas,,
Makasih sudah mampir mas,,
salam Hangat..
Okt 23, 2010 @ 06:54:44
Dalam banget maknanya Mba… setelah baca artikel ini rasanya saya seolah tersadar mengapa klo hujan turun ga ada pikiran seperti yang Mba sebutkan diatas ya?
Bagus Infonya Mba…
Okt 24, 2010 @ 15:06:28
Terkadang saya juga sering lalai Mbak,,bahwasanya selalu ada hikmah tersendiri di balik apa yang telah DIA putuskan.. semoga kita bisa saling belajar menerima semuanya ya Mbak,,
Makasih Mbak sudah mampir,,
Salam hangat selalu…
Jan 18, 2011 @ 10:29:59
wwaaah.. sama dunk Kak..sya jga suka H u j a n.
proses dan sajiannya yang membuat hujan begitu luar biasa di mata dan pikiran saya.
mengingat masa masih bocah.
ketika hujan tumpah ruah memeluk bumi.
aku selalu menaiki kursi yang sengaja kusandarkan pada jendela.
dari sanalah, aku mengakrabi hujan berjam-jam..
hingga dia reda..dan sirna.
Yup, tulisan Kkak baguuus. Slam ukhuwah dari eL. heee ^_^